Laporan Wartawan Tribun Medan Dedy Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, BINJAI - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Langkat-Binjai mengelar aksi unjuk rasa ke Dinas Pekerjaan Umum Langkat.
Mereka berorasi, membawa bendera dan spanduk bertuliskan tuntutan dan protes di Dinas PU Jalan Tengku Amir Hamzah, Kecamatan Stabat, Selasa (15/1/2019)
Aksi demo mendapat pengawalan ketat dari personel Polres Langkat yang berjaga dan berdiri tepat di depan pintu gerbang besi kantor Dinas PU.
Aksi awalnya berjalan damai, namun akhirnya berujung robohnya pagar besi dan aksi kejar-kejaraan antara Mahasiswa dan pegawai Dinas PU.
Ketua PC PMII Langkat-Binjai, Gusri Hanafi menyatakan tuntutan, mempertanyakan kinerja dinas PUPR tentang adanya kekurangan volume 27 paket senilai Rp 7.588.687.081 Miliar.
Massa meminta Dinas PUPR menjelaskan perihal pengembalian hasil temuan yang terjadi pada tahun 2017.
"Maka dari itu PC PMII Langkat –Binjai mendesak instansi hukum untuk memeriksa indikasi penyelewengan kinerja Dinas PUPR di bagian pengawasan, karena disinyalir menyahgunakan wewenang. Kami meminta Bupat Kabupaten Langkat untuk mencopot Kepala Dinas PUPR karena lalai dalam menjalankan tugas dan tanggujawabnya," kata Gusri Hanafi.
Mahasiswa memaksa masuk untuk bertemu pimpinan Dinas PU. Mereka terlibat aksi saling dorong pagar yang dikawal petugas kepolisan. Kejadian tersebut, berujung robohnya pintu pagar besi kantor Dinas PU Langkat.
Aksi mahasiswa masih kondusif setelah perwakilan pihak Kantor Dinas PU menerima perwakilan mahasiswa untuk menyampaikan asiprasi mereka di dalam kantor. Namun, kericuhan terjadi saat mahasiswa masuk ke halaman kantor.
Mahasiswa terlibat aksi kejar-kejaran dan nyaris terlibat kontak fisik dengan pegawai Dinas PU. Amarah mahasiswa tersulut akibat perkataan seorang oknum Dinas PU yang dianggap menyepelekan bendera sebagai simbol sakral PMII.
"Kalian tinggalkan saja bemdera itu di luar, gak usah dibawa masuk," kata seorang berseragam dinas ASN.
"Tadi terjadi juga kericuhan gara-gara cakap orang Dinas PU. Itu anaknya bapak yang mau ngajak masuk. Agak menyepelekan soal bendera, dia mengatakan tinggalkan saja bendera kalau hilang aku ganti katanya.
Gara-gara cakap sombong itu timbul perdebatan, dia emosi dan kemudian terjadi kericuhan kejar-kejaran, gak lah sampai balu hantam," ungkap Gusri Hanafi.
Aksi mahasiwa mereda setelah pihak Polres Langkat melerai aksi kejar-kejaran antara mahasiswa dengan Pegawai Dinas PU Langkat.
Pertemuan dilanjutkan di salah satu gedung kantor dinas dengan pengawalan ketat pihak kepolisian.
"Hasil pertemuan gak bisa dijawab bapak itu, katanya gak mengerti, dia bagian umum. Kadis juga tidak ada di tempat. Laporan berkas ini akan terus dilanjutkan ke Kejari dan lanjutkan ke KPK," kata Gusri Hanafi.