Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng saat menjalani persidangan. (surya/galih lintartika)
Dimas Kanjeng ditangkap polisi atas dugaan pembunuhan dan masih dalam penyelidikan atas dugaan penipuan dan penggelapan uang.
Mereka tidur di tenda yang hanya bertumpu pada bambu disusun rapi. Mereka tidur beralaskan dan beratap terpal.
Saat hujan turun, tenda atau camp, sebutan bagi para pengikut yang hidup di padepokan itu sangat terasa kurang nyaman.
Apalagi saat angin, terpal ini mudah tersapu angin. Tidak ada pintu atau apapun sebagai penutup satu tenda dengan tenda lainnya.
Semuanya terbuka, hanya kain tipis yang digunakan untuk menyekat satu tenda dengan tenda lainnya atau pemisah antara pengikut Dimas Kanjeng pria dan wanita.
Saat Dinkes Probolinggo turun ke padepokan ini, masih banyak ditemukan pengikut yang sakit.
Namun, mereka tetap tidak mengakui bahwa kondisinya lemah.
Mereka berakting di depan petugas bahwa kondisinya baik-baik saja.
"Selama ini kami di sini memang dikasih makan sama Padepokan, tapi ya begitu makannya ala kadarnya.
Ada kan sebagian orang tidak cocok dengan makanan yang diberikan, dan akhirnya mereka memilih tidak makan," kata salah satu pengikut Dimas Kanjeng, Zulfikar.
Pengikut asal Aceh ini mengatakan, bagi mereka yang kurang suka dengan makanan padepokan, memilih berpuasa dan tidak makan.
Alasannya pun mendasar, karena uang bekal mereka di padepokan ini minim. Jadi, harus pintar meminimalisir pengeluaran yang ada.
"Harus hemat kalau di sini, soalnya jauh dari keluarga. Saya pun pernah tidak makan seharian karena tidak cocok," imbuhnya.
Ia pun tidak memungkiri bahwa para pengikut yang hidup di padepokan ini sangat bergantung terhadap pencairan dari Dimas Kanjeng terkait uang mahar yang bisa digandakan.
Ia menyebut, semua tabungannya habis untuk membayar mahar. Sayangnya, ia tidak menyebut berapa nominal uang mahar yang sudah dikeluarkan.
"Cukup saya saja yang tahu. Kami di sini sama, menunggu janji Dimas Kanjeng, karena memang uang kami sudah habis," jelasnya.
Tenda - tenda di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. (surya/Galih Lintartika)
Dalam hal ini, Zulfikar didiagnosa Dinkes Probolinggo menderita gangguan di matanya. Ia pun tidak memungkiri bahwa dua pekan terakhir matanya memang sakit.
Namun, ia mengaku tidak mendapatkan pertolongan dari padepokan baik itu obat tetes mata atau lainnya.
"Saya mau beli obat mata pun juga masih pikir ulang, makanya saya memilih diamkan saja," pungkasnya.