Laporan Wartawan Banjarmasin Post Group Faturahman
TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA - Penambangan emas tanpa izin hingga kini masih marak berlangsung di sejumlah Kabupaten di Kalteng.
Sebagian besar masih menggunakan logam berat merkuri atau air raksa untuk memisahkan emas.
Kegiatan tambang yang berlangsung di darat maupun di Sungai itu, masih tampak di hulu Sungai Kahayan, di Kabupaten Gunungmas, Katingan, Kotim hingga Kotawaringin Barat.
Sekdaprov Kalteng, Fahrizal Fitri mengakui sempat beberapa kali melakukan sosialisasi bahaya penggunaan merkuri tersebut.
Dikatakan Mantan Kepala Bandan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kotawaringin Barat dan Mantan Kepala BLH Kalimantan Tengah itu, dia punya pengalaman saat melakukan sosialisasi di Kobar, datang ke lokasi penambangan langsung ke pondokan penambang.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG di 33 Kota Besok Kamis 17 Januari 2019, Surabaya dan Banjarmasin Hujan Petir
Saat itu, penambang sedang memisahkan emas dengan merkuri menggunakan penyaring kain payung.
Menurut dia, meski disaring dengan kain payung, tetap saja merkuri yang lengket di emas tak bisa terpisah sehingga pemisahan menggunakan api.
"Saat merkuri bercampur emas dibakar tentu asap pembakaran bercampur merkuri dan dihisap penambang. Ini tentu berbahaya untuk kesehatan penambang," ujarnya.
Dia mengatakan , ada seorang pembeli emas di lokasi penambang yang terkena dampak merkuri kena penyakit paru-paru. Saat berobat ke Rumah Sakit di Semarang, baru diketahui dalam tubuhnya terkandung logam berat tersebut."Tak bisa diobati hingga akhirnya meninggal dunia," ujarnya.
AsossiasI Pertambangan Rakyat Kalimantan (Aspera) Kalteng, yang diketuai Kaji Kelana Usop, yang bermitra dengan, lokal Artisanal Gold Council (AGC) dalam pelaksanaan Program Ermas Rakyat Sejahtera (PERS) di Kalimantan Tengah, berusaha memberikan alternatif mesin ramah lingkungan tanpa penggunaan merckuri tersebut.
"Kami berusaha untuk mencarikan alternatif bagi penambang emas rakyat agar tidak lagi menggunakan merkuri dalam pemisahan emas hasil tambang tetapi menggunakan mesin ramah lingkungan.Ini terus kami sosialisasikan kepada penambang di Kotim," ujar Kaji.