Wali Kota Bogor, Bima Arya mengungkapkan kerinduannya kepada almarhum Gus Dur yang merupakan salah satu tokoh pemersatu bangsa.
Kerinduan tersebut diucapkannya berulang-ulang saat memberikan sambutan di acara Haul Gus Dur ke-9 di Plaza Balai Kota Bogor, Jumat (25/01/2019) malam.
Bima mengaku semakin rindu kepada almarhum Gus Dur ketika ada orang-orang yang atas nama agama memanipulasi tuntunan agama demi kepentingan politik. Semakin rindu kepada Gus Dur ketika ada orang-orang yang pantang membela minoritas yang merasa tidak perlu membela minoritas.
Ia juga semakin rindu kepada Gus Dur ketika para politisi semakin serius tidak pernah bercanda tawa, bersenda gurau yang mencerahkan dan mencerdaskan.
Semakin rindu kepada Gus Dur ketika nyaris tidak ada lagi guru bangsa yang bisa mempersatukan semua atas nama kemanusiaan bukan atas nama agenda politik.
Tak hanya itu, ia juga mengaku semakin rindu kepada Gus Dur ketika masih ada orang-orang yang menilai cap go meh dan lain sebagainya itu tidak bisa diterima.
“Kita rindu semua atas apa yang diluruskan oleh Gus Dur. Hari ini kita berkumpul disini tentu saja bukan selebrasi kosong mengenang almarhum Gus Dur, tetapi jauh lebih penting adalah kita disini untuk menyambung terus semua pemikiran, idealisme, gagasan dan semangat Gus Dur untuk terus didirikan dan tidak putus terutama di Kota Bogor tercinta ini,” katanya.
Bima menegaskan, Bogor bukan kota intoleran, barangsiapa menyebut Bogor sebagai kota intoleran pasti lebih banyak nuansa politik dan gagal mengapresiasi Bogor secara keseluruhan.
“Kami undang orang-orang atau tokoh-tokoh yang menyatakan Bogor intoleran untuk datang berkumpul bersama Gusdurian untuk merasakan kebersamaan sekaligus menyatakan bahwa anggapan itu salah,” tegasnya.
Yang diwariskan oleh para pendahulu adalah satu, yaitu kebersamaan dalam keberagaman. Cinta pada pluralisme, saling toleran, saling mendorong dan menolong, bukan saling menjegal. Bersama para tokoh agama berada di garis paling depan untuk mengawal kebersamaan.
“Hidup ini ada yang bisa di negosiasikan, hidup ini ada yang bisa dirundingkan, tetapi hidup ini ada harga mati yang tidak bisa dinegosiasikan dan dirundingkan. Apa itu, yaitu 4 pilar harga mati. Pancasila, NKRI, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada tawar menawar lagi,” tegasnya.
Bima berharap kebersamaan ini bisa terus dirawat dan dipertahankan. Apapun yang terjadi di depan seperti agenda Pilpres, Pileg dan Pilgub kebersamaan dalam keberagaman harus terus dikedepankan.
Haul Gus Dur ke-9 mengambil tema “Yang Lebih Penting Dari Politik Adalah Kemanusiaan”. Hadir pada acara tersebut KH. Lukman Hakim, KH. Mustofa Abdullah Bin Nuh, Guntur Santoso, Anita Wahid, para tokoh lintas agama, Gusdurian dan tamu undangan lainnya.(*)