TRIBUNNEWS,COM, LOMBOK - Kementerian Pariwisata menggelar fashion show dengan menggandeng perancang busana Samuel Wattimena, desainer perhiasan mutiara Riana Meilia, dan dua perajin tas ketak khas Lombok di Selasar Bazar Mandalika.
Fashion show ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Festival Bau Nyale 2019 yang diadakan di Mandalika, Lombok Tengah pada 17-25 Februari 2019.
Selaras dengan festival yang mengangkat tema The Precious Culture of Mandalika, fashion show yang diadakan malam ini juga menampilkan warisan budaya yang berharga dari Lombok.
Dalam kesempatan ini, Samuel Wattimena mengkoordinir dan menggelar karya istimewa para perancang muda busana muslim.
Disebut istimewa lantaran dalam pagelaran ini Samuel secara khusus mengajak 10 desainer muda dari Jakarta maupun Nusa Tenggara Barat untuk memamerkan 30 rancangan busana muslim kontemporer untuk pria dan wanita yang seluruhnya menggunakan kain tenun.
Samuel mengatakan, pemilihan busana muslim sebagai tema kali ini lantaran pemerintah melihat Lombok sudah menjadi salah satu destinasi wisata religi bagi muslim di Indonesia.
Baca: Gus Dur Berharap Masyarakat Menjaga Keberagaman dan Kerukunan Meskipun Berbeda Pilihan
Sementara, untuk pilihan kain tenun dilandasi pada alasan Samuel yang sangat kuat, yaitu sudah waktunya kain tenun maupun kain-kain lain dari berbagai daerah dikerjakan oleh desainer muda.
“Sebab, saya ingin agar desainer muda mengenal kain daerah. Kedua, supaya kain daerah tersebut mendapatkan penanganan baru,” tandasnya.
Apalagi, ia melihat selera pasar, cara pemasaran, dan market yang berkembang pesat pada era desainer sekarang, jauh berbeda dibanding era desainer sebelumnya.
Samuel berharap, lewat acara ini ia bisa menginspirasi para desainer muda untuk menunjukkan potensi mereka dalam "memanjangkan" umur kain tenun yang sudah menjadi warisan budaya. Bukan hanya di Lombok, melainkan juga di berbagai daerah lain.
Untuk mempercantik busana muslim yang diperagakan, Riana lebih banyak menampilkan bros, kalung dan cincin yang unik dan etnik. Desainer yang belajar mendesain secara otodidak ini memadupadankan 20 buah perhiasan karyanya agar tampil elegan, menyatu dengan busana muslim tapi tetap terlihat.
“Semoga acara ini bisa membuat craft daerah kami baik tenun, mutiara, maupun kerajinan lain khas Lombok kembali bangkit dan maju, setidaknya dikenal di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga,” ujar Riana yang berharap kerjasama dengan Samuel bisa terus berlanjut setelah pagelaran usai.
Festival Pesona Bau Nyale 2019 yang dihelat oleh Kementerian Pariwisata mengangkat kembali budaya unik dan berharga dari masyarakat Lombok yang berasal dari Legenda Putri Mandalika.
Bau Nyale sendiri berasal dari bahasa Sasak, yaitu “Bau” yang berarti menangkap dan “Nyale” yaitu cacing laut yang berwarna-warni. Budaya menangkap nyale memiliki makna yang sangat berharga, yaitu keberanian yang diwariskan Putri Mandalika dalam mengorbankan diri demi kedamaian negaranya.