TRIBUNNEWS.COM, TUTUYAN - Suparno Singosari, (56) bersama kedua anaknya Anas Sutionugroho (24) dan Mardianto Singosari (32) hampir menjadi korban di Lubang Super Busa di Desa Bakan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Rabu (27/2/2019).
Selepas azan magrid berkumandang, sekitar pukul 18.30 Wita, pada Selasa (26/2/2019), Suparno bersama anak bernama Mardianto bergegas meninggalkan camp menuju lubang super busa tambang emas Bakan. Senter dan peralatan lainnya, mulai diangkut bersamaan.
Hari itu sudah memasuki hari ketiga mereka berada di Desa Bakan sejak datang pada Minggu (23/2/2019).
Rencananya Suparno bersama ketiga anaknya akan pulang ke Desa Bongkudai Inaton, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Baca: Kolektor Mobil di Arab Ciptakan Mobil SUV Terbesar dari Gabungan Truk Milier dan Jeep
Namun masih ada beberapa material emas yang perlu ditambah.
Setiba di lokasi, Suparno dan Mardianto dicegat di depan lubang tambang emas Bakan, untuk didata petugas. Tak lama kemudian masuk dan bekerja.
"Saya dan anak bekerja di kedalaman maju dari pintu masuk kira-kira 20 meter," ujar Suparno saat ditemui di rumahnya, Selasa (5/3/2019).
Baca: Tertangkap CCTV Ibu dan Anak Pakai Seragam SD Curi Kotak Amal, Ada Kisah Sedih di Baliknya
Sementara bekerja, sekitar pukul 20.00 Wita Anas Sutionugroho (24) tiba di lokasi. Hanya sekitar satu jam. Bunyi suara seperti guntur dari atas langit-langit.
Para penambang pun mulai kocar kacir di dalam lubang. Cahaya senter di atas kepala setiap penambang memancar ke sana-sini.
Material batu di atas, mulai berjatuhan, menutupi jalan menuju ke pintu keluar.
Suara minta tolong terdengar di sana sini.
Baca: 4 Tips Aman Terhindar dari Sambaran Petir saat Mendaki Gunung pada Musim Hujan
"Waktu itu binggung, karena kedua anak terpisah. Apalagi lubangnya gelap. Saya hanya dengar suara memanggil papa beberapa kali," ujar dia lagi.
"Suara tersebut terus terdengar jelas di telinga. Ternyata suara dari Anas Sutionugroho, meminta tolong dekat dari saya berdiri,"katanya.
Menggunakan tangan mengangkat batu, yang menghalangi jalan menuju ke Anas.
Setelah selesai menolongnya, tinggal mencari Mardianto.
Hampir sekitar 30 menit mencari, ternyata dia tertimbun material batu.
Mardianto Singosari (32) mengatakan, hampir 30 menit tertimbun batu.
Tangan dan kaki sudah tidak bisa bergerak.
"Ada dua orang di dekat saya yang terhimpit, namun mereka lebih parah. Sebab kepalanya terhimpit batu besar," ujar Mardianto Singosari.
Suara minta tolong terus disuarakan. Sehingga papa dan adik datang menolong, dengan cara menyingkirkan batu.
"Saya pun langsung dibawa keluar, karena sudah lemas," ujar dia.
Sampai sekarang masih trauma, apalagi luka di bagian tangan, kaki dan belakang masih belum pulih. (Vendi Vera).
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Cerita Satu Keluarga Lolos dari Longsor di Tambang Bakan, Suara Memanggil ‘Papa’ Masih Terkenang