TRIBUNNEWS.COM, LABUHANBATU - Aksi main hakim sendiri menewaskan seorang siswa SMA di Labuhanbatu, Sumatera Utara pada Kamis (16/5/2019).
Remaja yang masih duduk di bangka SMA tersebut bernama Feri (16). Ia akhirnya meregang nyawa setelah diamuk oleh massa karena diduga akan hendak mencuri ayam.
Peristiwa ini berawal saat korban Feri dan rekannya Putra (17) diduga akan mencuri ayam di Rantau Selatan.
Warga yang merasa sudah sering mengalami kehilangan ayam, setelah mengetahui ada dua remaja yang ketahuan mau mencuri ayam, seketika beringas dan meluapkan emosi terhadap keduanya.
Mereka menghakimi keduanya secara kejam, hingga korban tak sadarkan diri.
Dalam video amatir yang beredar, bahkan terdengar suara ibu-ibu yang sampai memohon warga untuk menyudahi menganiaya kedua terduga pelaku.
Tak berselang lama Polres Labuhanbatu datang dan langsung membawa keduanya menggunakan mobil patroli. Saat itu kondisi korban sudah kritis akibat luka serius di bagian kepala dan sekujur tubuh.
Kendati demikian, polisi yang mendapati dua remaja kritis setelah digebuki massa, tidak langsung melarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Polisi malah membawanya ke kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, orang tua korban yang mengetahui peristiwa tersebut langsung datang ke kantor polisi untuk mengecek anaknya.
Saat itu kondisinya sudah semakin buruk karena lama berada di kantor polisi dan belum mendapat tindakan medis.
Baru kemudian keduanya dilarikan ke rumah sakit untuk ditangani secara medis. Hanya saja pertolongan medis yang diberikan ini sudah terlambat. Nyawa Feri tak dapat terselamatkan.
Ibu korban, Dewi mengaku sulit menerima kematian anaknya. Dia tak tahu pasti persoalan, namun mendengar jika anaknya disebut mencuri ayam.
Saat ini Dewi hanya berharap agar para pelaku penganiaya anaknya diproses sesuai aturan yang berlaku.
Keluarga akan menempuh jalur hukum atas aksi sadistis mereka yang menganiaya anaknya hingga meninggal.
“Saya bukannya tak rela Allah menjemput anak saya. Namun bukan dengan cara seperti ini. Ini namanya penyiksaan,” kata Dewi.
Diotopsi di RSUD Djasamen Saragih
Mayat Fery Widyansyah (16) telah tiba di Ruang Forensik Rumah Sakit Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar.
Mayat Fery tiba dengan menggunakan mobil ambulans Polres Labuhanbatu.
Diketahui, Fery siswa SMA Negeri 2 Labuhanbatu merupakan korban amukan massa karena dituding mencuri seekor ayam. Fery mendapatkan penganiayaan hingga tewas.
Setiba di rumah sakit, jenazah Fery ditemani dua orang temannya. Dua temannya ini menemani hingga ke dalam ruang otopsi.
Petugas medis sempat membuka sarung yang menutupi tubuh korban.
Pada bagian wajah Fery terdapat luka robek diduga bekas hantaman batu. Pada bagian kepala bagian belakang juga terdapat bercak-bercak darah.
Diduga Fery dianiaya menggunakan batu dan benda tumpul.
Slamet Tanjung teman korban mengungkapkan kronologis kejadian.
Slamet menjelaskan Fery diajak saudaranya bernama Putera (27) untuk pergi ke sebuah perkampungan di Jalan Padang Pasir Kelurahan Urung Kompas Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu, Kamis (16/5/2019) malam.
Fery disuruh menunggu di atas sepeda motor. Saat Putera melakukan aksi terlanjur kepergok warga.
Putera pun mencoba melarikan diri. Namun, warga datang berbondong melakukan pemukulan dan penganiayaan.
"Gak sempat lari langsung dikepung. Dia pergi bersama dengan saudaranya Putera naik sepeda motor ke kampung sebelah. Putera menyuruh Fery nunggu. Rupanya putera beraksi maling ayam. Ketika ketahuan fery yang nunggu di depan ikut dimasakan," katanya.
Amukan masa yang tidak terbendung lagi mengakibatkan Fery mengalami luka berat dan tewas. Sementara, Putera masih tertolong ketika petugas kepolisian datang.
"Kalau Putera masih dirawat di rumah sakit atau di rumahnya kurang tahu. Yang diambil cuma satu ayam,"ujarnya.
Diketahui, sebelum di bawa ke ruang otopsi, Fery sudah dibawa ke rumah duka di Jalan Simpang Mangga Bawah, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. (*).