Berdasarkan data dari BMKG, sebaran titik panas dalam 5 tahun terakhir dalam periode Mei hingga Oktober, mencapai 2.000 titik panas.
Baca: Cerita Megan Lovelady yang Sempat Diusir Sang Ibu Ketika Tahu Berbeda Keyakinan (Bagian III)
Jumlah tersebut menurutnya menduduki tiga besar terbanyak di Kalimantan Timur, setelah Kutai Kartanegara dan Kutai Barat.
Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat, khususnya para petani atau peladang berpindah agar tidak membuka lahan dengan cara pembakaran.
Dengan suhu udara yang panas, ditambah tiupan angin, memudahkan api melahap daun-daun kering dari pepohonan yang meranggas selama musim kemarau.
Masyarakat yang menghuni kawasan sekitar hutan juga diimbau untuk mewaspadai api yang merembet ke pemukiman.
BMKG, kata Sumardi, selalu berkoordinasi dengan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla), dengan terus memperbaharui kemunculan titik panas yang terpantau melalui satelit.
Saat titik panas terdeteksi, langsung dilaporkan ke Satgas Karhutla untuk didatangi.
Namun tidak jarang, saat ditinjau ke lokasi, titik panas tersebut hanyalah pantulan sinar matahari dari atap rumah warga, lokasi tambang batu bara, hingga bengkel yang menghasilkan suhu udara tinggi.
"Tapi langkah antisipasi tetap perlu dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul BMKG Berau Prediksi Musim Kemarau dan Kering Masuk Bulan Juni 2019, Waspadai Gejala Karhutla