Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ryantono
TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - Dua tahun lalu tepatnya 2017 silam, nama Sulami di manusia kayu menjadi perbincangan luas hingga menghebohkan dunia internasional.
Namanya mencuat dan menjadi pemberitaan media cetak dan elektronik setelah kondisi fisiknya berubah.
Sejak 10 tahun lalu, wanita berperawakan tinggi itu tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya.
Hanya kedua tangannya saja yang masih bisa digerakan untuk beraktifitasnya, sedangkan tubuh lainnya mulai dari leher hingga kaki tidak bisa digerakan alias kaku.
Kondisi fisik Sulami ini langsung membuat geger warga setempat. Karena ini pula, warga menjuluki wanita itu sebagai 'manusia kayu'.
Sulami hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidurnya.
Baca: Pastikan Nurul Qomar Benar-benar Kantongi Ijazah S2 dan S3, Manajer Mengaku Pernah Antar Kuliah
Meski masih bisa bicara dan menggerakan jemarinya, sekujur tubuh kaku tidak bisa digerakkan. Untuk berdiri atau berjalan, dia harus dibantu orang lain.
Penyakit ini diderita sejak usia 10 tahun.
Baca: Perjuangan Sulami si Manusia Kayu Asal Sragen, Agar Bisa Makan Sendiri Pakai Tongkat Garpu
Awalnya ada benjolan di leher belakang hingga akhirnya menjalar sampai tulang belakang dan beberapa bagian tubuh mengalami kelumpuhan secara bertahap.
Sulami punya seorang saudara kembar yang memiliki penyakit yang sama, bernama Paniyem. Namun, saudaranya sudah meninggal sejak 2012 lalu.
Tribunsolo.com (Grup Tribunnews.com) mencoba melihat bagaimana kondisi Sulami
Saat sampai di rumah Sulami sudah ada renovasi pada rumahnya yang dulu hanya gedek (anyaman bambu).
"Renovasi dilakukan pada 20 Juli 2017 dari bantuan swasta," papar adik Sulami, Susi Lowati (25).
Baca: Apa Kabar Sulami si Manusia Kayu yang Sempat Bikin Heboh? Begini Kondisinya Sekarang
Walaupun rumahnya sudah direnovasi namun kondisi tubuh Sulami tidak mengalami kemajuan.
Sampai saat ini Sulami tetap menghabiskan hari - harinya di atas tempat tidur sebab tidak bisa bergerak bebas.
"Tubuhnya masih kaku tidak bisa bergerak makanya menggunakan tongkat dan harus berdiri," tutur Susi Lowati.
Seluruh tubuhnya tetap kaku dan hanya jari jemarinya yang bisa digunakan untuk beraktivitas.
Sulami sendiri menghabikan waktu di kamarnya ditemani sebuah radio kecil dan handphone.
Mengisi waktu luang dia membuat kerajinan tangan dari bahan plastik yang dia sambung sendiri dengan benang.
Tetap Semangati Diri
Sulami "Manusia Kayu" memiliki semangat hidup yang tinggi dan bisa mengambil hikmah dari apa yang dialaminya.
Saat ditemui Tribunsolo.com di kediamannya di Selorejo Wetan, Kedawung, Sragen dia terlihat asyik membuat kerajinan tangan berupa tas dari bahan pernak-pernik plastik.
Sulami ramah menyambut Tribunsolo.com menceritakan kegiatannya sehari - hari.
Kamar Sulami terlihat simpel, hanya berisi barang kebutuhan Sulami seperti tongkat, kain jarik untuk menyelimuti dirinya.
Walau hidup didalam keterbatasan gerak tubuh, Sulami tetap bersemangat menyemangati dirinya.
"Dengan kondisi saya ini saya jadi bisa jauh dari apa yang tidak disukai Allah SWT," papar Sulami.
"Coba kalau tubuh saya normal mungkin saya bisa saja melakukan hal negatif dan jauh dari Allah," kata Sulami.
"Hidup ini hanya singkat dan ada alam akhirat yang menanti," jelas Sulami pada Tribunsolo.com.
Bagi Sulami dirinya memang menderita di dunia dalam artian fisiknya tidak sama seperti orang lain.
Namun, dia yakin saat di akhirat nanti akan ada hal yang lebih membahagiakan dan lebih baik.
Prinsip itu yang ditanamkan dalam hidup Sulami dalam menjalankan hari-harinya. (*)