News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jenazah Karoman Dibawa Pulang Setelah 27 Hari di RS Bhayangkara, Meski Kepalanya Belum Ditemukan

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah Karoman, korban mutilasi di Ogan Ilir dibawa pulang pihak keluarganya dari rumah sakit Bhayangkara, Selasa (2/7/2019). Tribun Sumsel/Shinta Dwi Anggraini

Sebelumnya, Rusdi, sepupu Karoman (40), korban mutilasi di Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel) mendatangi rumah sakit Bhayangkara kota Palembang, Jumat (7/6/2019).

Polisi melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) lanjutan kasus pembunuhan disertai mutilasi terhadap Karoman, warga Desa Pinang Mas, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir, Selasa (11/6/2019). (Agung Dwipayana/Tribun Sumsel)

Meskipun belum ada hasil DNA yang menyatakan jenazah merupakan Karoman, namun Rusdi dan seluruh keluarganya sudah yakin bahwa itu adalah anggota keluarga mereka.

Seperti diketahui jenazah ditemukan tanpa kepala dan lengan.

"Gimana ya, kami ini tidak ngerti soal urusan seperti ini (mengurus jenazah di rumah sakit), tapi kami sangat yakin kalau itu Karoman. Sudah, itu saja yang kami tahu," ujar Rusdi.

Saat tiba di rumah sakit Bhayangkara, Rusdi yang datang seorang diri tanpa ditemani anggota keluarganya yang lain tampak terlihat kebingungan.

Dia juga mengaku tidak tahu kalau harus membawa istri dan anak kandung korban untuk diambil sampel DNA mereka.

"Saya tahunya, datang kesini ambil jenazahnya dan mau kami makamkan, itu saja," katanya.

Adapun yang membuat pihak keluarga yakin bahwa jenazah itu merupakan Karoman karena mereka melihat dari celana yang dikenakan korban.

Serta terdapat ciri-ciri fisik berupa tanda lahir warna hitam di dekat mata kaki sebelah kiri jenazah.

"Selain itu kami yakinnya karena dia (Karoman) hilang. Dari situ kami yakin kalau yang dimutilasi itu dia," ujarnya.

Sosok Pekerja Keras

Saat ditanya lebih dalam, Rusdi mengaku bahwa sepupunya itu sosok yang lugu namun juga pekerja keras.

Menggantungkan hidupnya sehari-hari dari menjadi seorang nelayan, Karoman berusaha mencukupi kebutuhan istri dan lima orang anaknya dari hasil mencari ikan di sungai.

Mardiah menunjukkan foto Karoman semasa hidup (AGUNG DWIPAYANA/TRIBUNSUMSEL.COM)

"Bayangkan saja, malam lebaran masih nyari ikan di sungai. Maaf ngomong alasannya apa, kalau tidak karena mereka butuh biaya. Dia (Karoman) itu ke pasar saja tidak pernah. Jadi yang jual hasil tangkapannya, ya anak dan istri dia. Kerja malam cari ikan, siang pulang untuk tidur, malamnya pergi lagi. Setiap hari seperti itu," ungkapnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini