TRIBUNNEWS.COM - Pengungkapan kasus mutilasi terhadap KW (51) seorang wanita PNS di Bandung terus dilakukan oleh polisi.
Setelah dimutilasi, potongan tubuh KW dibakar dan dibuang di Banyumas, Jawa Tengah oleh pelaku, DP (37).
Pengungkapan kasus oleh polisi mengungkap fakta-fakta baru.
Di antaranya, DP ternyata pernah tersangkut kasus penculikan mahasiswi.
Berikut rangkumannya sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber, Senin (15/7/2019):
1. Pelaku Pernah Terlibat Kasus Penculikan Mahasiswi
Tersangka kasus mutilasi DP (37), yang membakar potongan tubuh korbannya, KW (57), ternyata pernah menggegerkan warga Purwokerto, Jawa Tengah, sekitar beberapa tahun lalu.
Ketika itu, DP menculik seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran satu universitas di Purwokerto.
Beruntung, aksinya dapat terbongkar dan DP divonis 4 tahun penjara.
"DP ini merupakan residivis yang baru dua bulan bebas, setelah melaksanakan hukuman karena kasus penculikan," kata Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun saat konferensi pers di Mapolres Banyumas, Jawa Tengah, Senin (15/7/2019) dikutip dari Kompas.com.
Baca: Fakta Terbaru Kasus Mutilasi di Banyumas, Pelaku Habisi Korban saat Berhubungan Badan di Bandung
Bambang mengatakan, pada saat itu DP menculik seorang mahasiswi dan berusaha meminta tebusan kepada orang tuanya.
DP saat itu juga berusaha merampas mobil korbannya.
Atas perbuatan tersebut, DP divonis 4 tahun penjara.
Namun, dia bebas setelah menjalani 2/3 dari masa hukuman.
Selepas menjalani hukuman, DP ternyata tidak juga jera.
Dia justru melakukan kejahatan keji dengan membunuh dan memutilasi korban berinisial KW (51).
Aksi bejat tersebut dilakukan untuk menguasai harta korbannya.
"Dia ternyata setelah bebas mencari korban selanjutnya dengan cara membuat akun Facebook palsu dengan nama akun Thunder Flash."
"Kemudian dia mencari mangsa perempuan-perempuan yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan materi," kata Bambang.
Untuk mengelabui calon korbannya, DP mengedit foto dirinya seolah-seolah bekerja di bidang pelayaran.
Melalui Facebook, DP kemudian berkenalan dengan KW sekitar pertengahan Mei 2019 lalu.
Selanjutnya, dia melakukan komunikasi intens melalui WhatsApp.
DP meminta korban mengirimkan uang beberapa kali, dengan totalnya mencapai Rp 25 juta.
Baca: Jurus Maut Pemutilasi PNS Kemenag Bandung Memikat Hati Korban, Ngaku Bujang dan Kerja di Pelayaran
Menurut polisi, keduanya kemudian bertemu untuk kali pertama di Tol Padalarang, Jawa Barat, pada 20 Juni 2019.
Mereka kemudian menuju kamar kos di Jalan Ranca Mekar, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, yang telah disiapkan korban sebelumnya.
Bambang mengatakan, pertemuan tersebut berlanjut ke pertemuan kedua pada 22 Juni.
Kemudian, pada 5 Juli 2019, mereka kembali bertemu hingga akhirnya korban dihabisi nyawanya pada pertemuan terakhir, 7 Juli 2019.
"Tersangka sudah merencanakan pembunuhan sejak berangkat dari Banjarnegara 4 Juli. Pada 6 Juli tersangka membeli palu yang digunakan untuk membunuh korban di sebuah toko material dekat kost," kata Bambang.
2. Beritahu Istri Setelah Mutilasi Tubuh Korban
Tersangka kasus mutilasi DP (37) ternyata sempat memberitahukan aksi keji tersebut kepada istrinya.
Hal itu terungkap saat konferensi pers di Mapolres Banyumas, Jawa Tengah, Senin (15/7/2019).
Tersangka menyampaikan kepada istri di rumah saat kembali dari Bandung, Senin (8/7/2019) subuh, dengan membawa potongan tubuh korbannya, karena kesal kerap dituduh selingkuh.
"Saya sempat ngasih tahu istri. Kamu kan mengira aku selingkuh terus, itu yang kamu kira selingkuhan aku mutilasi, kalau tidak percaya lihat sendiri," kata DP menirukan ucapannya kepada istri.
Mendengar penuturan suaminya, istri tersangka hanya terdiam.
Istri tersangka juga tidak menuruti perintah suaminya untuk melihat potongan tubuh korban di dalam mobil.
3. Jenazah Korban Dimakamkan
Minggu (14/7/2019), pihak keluarga korban telah secara resmi mengambil jenazah korban mutilasi KW (51).
Korban yang sebagian tubuhnya ditemukan di Kabupaten Banyumas itu kemarin dikebumikan di pemakaman umum di Danurejo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.
Suami korban, Soib (53), mengungkapkan pesan sang istri saat masih hidup.
Ia mengatakan semasa hidup, korban pernah mengucap bila nantinya meninggal berharap dimakamkan di kampung halaman.
"Ya dulu pernah ngobrol-ngobrol, kalau suatu saat meninggal minta tolong dimakamkan di Kedu," ujar Soib.
Baca: POPULER HARI INI, Mutilasi di Bandung, Istri Teriak, Jabatan Ahok, hingga Viral Video Cekcok Dmasiv
Dituturkan, KW memang dilahirkan di Kecamatan Kedu.
Ia tumbuh dari anak-anak, remaja, hingga beranjak dewasa.
"Dia kan memang dilahirkan di sini, dan dibesarkan di sini pula," ujarnya, di sela-sela pemakaman.
Soib mengaku menyerahkan perkara pembunuhan berencana dan mutilasi terhadap istrinya, kepada polisi dan aparatur penegak hukum lainnya.
Keluarga, menurutnya, percaya aparat penegak hukum dapat memberi keadilan dalam penuntasan perkara ini.
"Semua prosesnya kini sudah kami serahkan sepenuhnya ke polisi," ujarnya.
4. Pelaku Mengaku Tak Menyesal
Tersangka kasus mutilasi DP (37) mengaku tidak menyesali perbuatannya pasca membunuh, memutilasi, dan membakar jasad korban KW, pada Minggu (7/7/2019) lalu.
Menurut penuturan Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun tersangka tampak menyesali karena tertangkap oleh polisi.
"Sampai sejauh ini yang tersangka sesali adalah tertangkap. Kalau untuk yang lain-lainya tidak, karena pembunuhan tersebut sudah direncanakan matang-matang," ujar Kapolres kepada Tribunjateng.com, Senin (15/7/2019) sesaat setelah acara press conference di Mapolres Banyumas.
Pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka sudah direncanakan sejak berangkat dari Banjarnegara.
Selain itu, sampai saat ini tersangka juga tidak ada etikad meminta maaf kepada para keluarga korban.
Selain barang bukti seperti palu yang digunakan untuk mengeksekusi korban, polisi juga telah menyita barang bukti tambahan berupa mobil Timor yang dibelinya dari uang hasil meminjam dari korban.
Baca: Keluarga Korban Minta Pemutilasi ASN Kemenag Diberi Hukuman Berat
Mobil Timor itu lalu dititipkan di rumah orang tuanya.
Kapolres bercerita jika rencananya setelah menjual mobil korban, tersangka akan menggunakannya untuk membangun rumah.
"Jadi dengan uang Rp 100 juta si pelaku rencananya ingin membangun rumah untuk keluarganya."
"Karena selama ini masih menumpang di rumah orang tuanya," tambahnya.
(Tribunnews.com/Daryono) (Tribunjateng/Permata Putra Sejati/yayan isro roziki ) (Kompas.com/Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain)