"Saat itu saya dan ustazah Anjar sedang mengajar. Tiba tiba Jam datang dan langsung mengangkat leher Di."
"Di, terus dipegang lalu diseret sampai keluar kelas. Karena gerakannya cepat jadi kami guru hanya bisa berteriak minta tolong saja," ujar Helni sambil mempraktikkan kasus dugaan penganiayaan DI tersebut.
Usai meluapkan amarahnya Jam mengaku khilaf.
Bahkan, oknum polisi yang berdinas di Polsek Airgegas tersebut sempat kembali menyambangi dan meminta maaf kepada DI.
Hal tersebut disampaikan, Ustaza Eva, yang kala itu bersama dua rekannya, Halimah dan Yuli berupa melerai dan meredam amarah Jam.
• Audrey Korban Pemukulan Siswi SMA di Pontianak Sudah Pulang Setelah Dirawat Rumah Sakit
Namun, lantaran ketakutan, DI justru menangis dan menolak permintaan maaf Jam tersebut.
Ia memilih berada di pelukan sang ustazah.
"Dia (Jam-red) sempat bilang saya khilaf, saya khilaf, dan dia juga sempat meminta maaf kepada anak itu (Di-red). Cuma mungkin karena takut tadi, jadi DI tetap dipelukan gurunya," bebernya.
Pasca penganiayaan itu DI (9) kini lebih banyak menghabiskan waktu bermain di rumahnya.
Bocah SD 16 Toboali, Bangka Selatan ini, kini lebih tertutup.
Khususnya, bagi tamu yang bertandang ke kediamannya di gang Asam, desa Gadung, Toboali.
Awalnya, DI enggan berinteraksi dengan siapapun. Ia lebih banyak bermain di dalam rumahnya.
Namun setelah dibujuk sang ayah Candra Saputra, barulah bocah sembilan tahun tersebut bersedia keluar rumah dan menemui sejumlah tamu yang bertandang ke kediamannya.
Itupun harus didampingi sang ayah.