“Ketika ada orang seperti itu, tolong tanyain, kalau alasannya agama, carikan pemuka agama dia, untuk menjelaskan,” tukas Hamli.
Hamli juga meminta duta damai dan para pelajar harus membekali diri dengan memperkuat pengetahuan dan intelektual. Itu akan menjadi modal agar bisa menyebarkan kontra narasi dan konten damai di dunia maya.
Selain Direktur Pencegahan BNPT, Duta Damai Goes to School 2019 juga menghadirkan narasumber Nursadrina Dhania. Ia adalah orang Indonesia yang pernah terkena bujuk rayu ISIS sehingga berhasil merayu keluarganya untuk pindah ke Suriah demi untuk hidup di negeri dengan Syariat Islam.
“Tapi apa yang saya dan keluarga dapat, semua janji ISIS itu bohong belaka. Kami bahkan menderita dan melihat kekejaman dan kebiadaban ISIS. Beruntung saya dan keluarga berhasil keluar dari sana. Saya berterima kasih kepada pemerintah Indonesia sehingga kami akhirnya bisa pulang ke Indonesia, meski harus membayar mahal keputusan kami pergi ke Suriah,” papar Dhania.
Dhania terpapar ideologi ISIS melalui media sosial saat masih kelas 2 SMA. Padahal secara sosial ekonomi, keluarganya tergolong mampu. Bahkan sang ayah, Joko Wiwoho adalah pejabat di Otorita Batam.
“Jangan sampai kawan-kawan muda termakan propaganda ISIS di media sosial seperti saya. Lebih baik kalau tidak tahu, bertanya kepada yang lebih tahu, juga harus bisa melakukan saring sebelum sharing konten-konten di media sosial,” kata Dhania.