News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ada Tumpahan Minyak Pertamina, Petani Garam Tak Panen Selama Seminggu

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penanganan operasi pasca peristiwa tumpahan minyak di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di perairan Karawang, Jawa Barat

TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Para petani garam di Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, selama seminggu tak berproduksi.

Sebab, tambak garam mereka terpapar tumpahan minyak akibat kebocoran pada anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore Nort West Java (PHE ONWJ).

"Selama seminggu dari tanggal 20 hingga 27 Juli kami tidak panen (garam)," ujar Ketua Koperasi Garam Segarajaya Karawang, Aep Suhardi, saat dihubungi, Senin (29/7).

Aep mengatakan, para petani garam mendapati air laut yang terpapar minyak masuk ke tambak mereka.

Akhirnya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, air yang terpapar itu langsung dikeluarkan kembali.

Para petani garam kemudian tidak berani memasukkan air laut yang terpapar tumpahan minyak ke tambak-tambak mereka. Mereka khawatir hal itu akan berpengaruh terhadap garam hasil produksi.

Di Ciparage sendiri, sekitar 40 persen tambak garam yang terdampak. "Bahan baku garam adalah air laut. Kalau air lautnya terpapar minyak, kami tidak bisa berproduksi," kata dia.

Oleh karenanya, kata Aep, dengan adanya insiden kebocoran minyak tersebut, para petambak garam dirugikan. Sebab, dalam sehari satu tambak dapat menghasilkan 100 ton garam.

"Kalau nilainya ya dikalikan Rp 700 per kilogramnya, sekitar Rp 70.000.000," kata dia.

Meski masih diselimuti rasa was-was, minggu ini, para petambak garam di wilayahnya memutuskan kembali memproduksi garam. "Kalau tidak produksi kami tidak makan. Daripada tidak makan, kami memilih memproduksi kembali," ujar dia.

Aep pun berharap, kebocoran gelembung gas disertai oil spill itu cepat teratasi. Pihaknya juga berharap Pertamina memberikan kompensasi kepada petani garam. "Ini merugikan sekali bagi kami," kata dia.

Di Karawang, daerah yang terdapat tambak garam di antaranya di Desa Ciparagejaya Kecamatan Tempuran, Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan, dan Desa Tambaksari Kecamatan Tirtajaya. Sementara yang terdampak di Desa Ciparagejaya dan Desa Tambaksari. (Farida Farhan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dampak Kebocoran Minyak Pertamina, Petani Garam Tak Panen Selama Seminggu"

Ganti rugi

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan PT Pertamina (Persero) akan memberikan uang ganti rugi kepada nelayan akibat tumpahnya minyak di perairan Karawang, Jawa Barat.

"Jadi semua akan dikasih, dibayar kompensasinya oleh mereka (Pertamina)," kata Luhut di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/7/2019).

Namun, terkait biaya ganti rugi, Luhut mengaku belum mengetahui secara detail karena masih akan dibicarakan dalam tingkat pimpinan Pertamina.

"Saya enggak tahu," ucap Luhut.

Luhut Pandjaitan (Tribunnews.com/Reynas Abdila)

Menurutnya, Pertamina telah bekerjasama dengan perusahaan yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam membersihkan minyak di perairan.

"Mereka hired perusahaan penanggulangan bencana yang terkenal itu, yang menangani Gulf of Mexico. Saya kira sudah ditangani dengan baik," paparnya.

Diketahui telah terjadi kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Jawa (ONWJ). Pertamina sendiri telah mengerahkan 27 unit kapal dan alat penangkap tumpahan minyak di perairan Karawang.

Baca: Kisah Putri Pantang Menyerah Meski 6 Kali Gagal Masuk Akmil, Kini Ia Diwisuda Jadi Perwira Kowad

Baca: Dulu Ahok Larang Pedagang Hewan Kurban Jualan di Trotoar, Kini Pemkot Jakpus Izinkan

Akibat tumpahnya minyak tersebut, warga desa sekitar khawatir soal kelanjutan produksi mereka, tak terkeculi petambak ikan bandeng di Desa Sedari.

Rasman (65) mengaku bahwa tumpahan minyak ini adalah yang paling besar yang pernah dialaminya.

Sebagai petani tambak ikan bandeng, Rasman merasa khawatir jika air laut terkontaminasi minyak, maka akan berdampak pada bibit ikan yang berada di kolam tambaknya.

"Saya panen itu minggu kemarin 7 ton sebelum minyak tumpah itu. Kalau sekarang mah ya kurang tahu juga ya, tapi ya pasti bibit ada yang mati," kata Rasman kepada Tribunnews di lokasi, Rabu (24/7/2019).

Rasman sudah puluhan menggeluti usaha tambak ikan bandeng di Desa Sedari, Karawang. Total luas lahannya mencapai 70 hektare. Itu pun sebelum dia bagikan ke anak-anak dan juga keluarganya.

"Sekarang saya punya 40 hektare sisa. Itu juga ada pegawai saya yang mengurus," lanjutnya.

Selasa sore (23/5/2019) Rasman mendapatkan kabar bahwa ada sebagian bibit bandengnya yang mati. Jumlahnya sendiri Rasman lupa berapa.

"Tapi ya kalau ada tumpahan minyak di laut begini ya khawatirnya kita kan mau ganti air begitu, itu enggak bisa, karena ya sit lautnya saja ada kandungan minyak begitu, nanti bibit-bibit itu bisa mabuk atau bahkan mati," katanya.

Gunakan dua alat

Pertamina memasang lima unit Giant Octopus Skimmer dan Static Oil Boom di sekitar anjungan YY di wilayah Karawang, Jawa Barat.

Hal ini dilakukan pasca peristiwa tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ.

Static Oil Boom dianggap mampu menahan penyebaran tumpahan minyak tersebut. Sedangkan Giant Octopus Skimmer digunakan untuk mengangkat tumpahan minyaknya.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, Static Oil Boom ditempatkan di sekitar anjungan YY yang diindikasikan terdapat sumber utama keluarnya minyak mentah sehingga dapat mengisolasi minyak tersebut agar tidak melebar kemana-mana.

"Pertamina juga menurunkan 5 Giant Octopus Skimmer yang dapat menyedot oil spill dengan kecepatan tinggi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (28/7/2019).

Alat ini dinilai mampu mengangkat minyak dengan kecepatan sekitar 250 ribu liter per jam. Selanjutnya oil spill dipompa ke kapal-kapal untuk penampungan sementara.

"Pertamina terus berupaya maksimal menangani tumpahan minyak dengan menerjunkan berbagai peralatan dan metode sesuai standar di industri migas,” kata dia.

Selain penggunaan Static Oil Boom dan Giant Octopus Skimmer, Pertamina juga tetap menyiagakan puluhan kapal yang membentangkan Dynamic Oil Boom secara berlapis, sehingga mengurangi potensi oil spill yang tidak tertangkap dan terbawa arus sampai ke pesisir pantai.

Selama dua pekan penanganan peristiwa tersebut, Pertamina telah memobilisasi dan menyiagakan 32 kapal untuk oil spill combat, patroli dan standby firefighting. Pertamina juga mengerahkan drone untuk memonitor formasi Oil Boom dan pergerakan kapal, sehingga posisinya tepat dalam menghadang oil spill.

Khusus penanganan gas yang keluar dari anjungan YY tersebut, Pertamina terus melakukan spray dengan 2 Anchor Handling Tug Supply (AHTS).

Penanganan operasi pasca peristiwa tumpahan minyak di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di perairan Karawang, Jawa Barat (IST)

Untuk penanganan di pesisir pantai, Pertamina juga telah memasang oil boom di muara sungai dan jaring ikan untuk menjaga tumpahan minyak agar tidak masuk ke pinggir pantai. Sebanyak 800 orang serta lebih dari 100 prajurit TNI juga dilibatkan dalam pembersihan ceceran minyak di pantai.

“Pertamina mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama membersihkan ceceran minyak baik di lautan maupun di pantai,” ucap dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Atasi Tumpahan Minyak di Perairan Karawang, Pertamina Gunakan Dua Alat Ini"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini