Kabarnya, kata Acong, makanan itu diimpor dari luar negeri.
Selain karena harga milet, merosotnya harga burung love bird juga disinyalir karena jumlah peternak semakin banyak sehingga jumlah burung melimpah di pasaran.
"Jumlah peternak memang banyak. Ada peternak kecil, menengah, dan peternak tingkat atas. Sedangkan yang gulung tikar, mayoritas peternak kecil," cerita pria berumur 41 tahun ini.
Acong saat ini memiliki 57 pasang burung love bird dengan beragam jenis.
Menurut Acong, kendati harga burung cinta itu anjlok, tapi dirinya tidak pernah patah semangat.
Bapak dari empat anak ini tetap berternak burung tersebut karena yakin, dalam waktu dekat, harga burung love bird bakal naik.
Hal itu setelah munculnya berbagai spesies baru di antaranya, dun fallow, pale fallow, parblue, dan beberapa jenis lainnya.
Dia membeberkan, harga dun fallow saat ini mencapai Rp 250 juta per ekor.
"Jenis burung itu masih langka. Di daerah Tegal baru satu orang yang punya jenis dun fallow. Rumahnya di Kota Tegal," kata Acong yang merupakan anggota Komunitas Love Bird Indonesia (KLI) Cabang Tegal ini.
Acong mengakui, belakangan ini memang banyak kabar bahwa peminat burung love bird semakin berkurang.
Namun, dia menampik kabar itu karena permintaan burung love bird justru semakin meningkat.
Terbukti, konsumen yang datang ke rumahnya, setiap hari selalu ada.
Bahkan, Acong tak sanggup memenuhi permintaan dari konsumen.
"Saya kadang sampai kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Jadi kalau menurut saya, burung love bird akan tetap eksis," ujarnya.