News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Respons LIPI hingga Walhi Soal Tanaman Bajakah jadi Obat Kanker, Dipatenkan hingga Isu Eksploitasi

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM - Tanaman bajakah tengah menjadi perbincangan publik setelah khasiatnya diketahui mampu menyembuhkan penyakit kanker.

Tanaman bajakah yang berasal dari hutan Kalimantan, berhasil membawa dua siswa asal SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah meraih Gold Medals di Korea Selatan dalam ajang World Invention Creativity.

Usai penemuan tersebut, berbagai respons dilayangkan, di antaranya dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, peneliti, dan pemerhati lingkungan.

Pemprov Kalteng berencana untuk mematenkan tanaman bajakah yang memiliki kandungan antioksidan tinggi.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Dr Suyuti Syamsul mengatakan, upaya mematenkan kayu bajakah untuk menjaga kelestarian habitat kayu agar tidak dieksploitasi secara berlebihan untuk kepentingan komersil.

“Pemerintah Provinsi (Kalteng) akan mematenkan kayu bajakah yang mengandung antioksidan yang sangat tinggi tersebut," kata dr Suyuti.

Baca: Kayu Bajakah Curi Perhatian Dunia, Pemprov Kalteng Akan Patenkan Demi Menjaga Habitatnya

Sementara itu, Direktur Eksekutif WALHI Kalimantan Tengah, Dimas N Hartono, dikutip dari Kompas.com, menekankan perlu adanya peran aktif pemerintah dalam perlindungan terhadap kawasan tumbuhan obat.

“Pemerintah harus aktif dalam perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang terdapat tumbuhan pengobatan alternatif,” ungkap Dimas.

Menurut Dimas, ada sejumlah ancaman dari eksploitasi dari perizinan pembukaan lahan sawit, tambang serta nindustri kehutanan yang ada di Kalimantan.

“Ancaman eksploitasi pasti ada, ancaman terbesarnya adalah eksploitasi dari perizinan yang timbul di sektor sawit, tambang, dan industri kehutanan,” kata Dimas.

“Karena dengan adanya perizinan tersebut maka tumbuhan obat yang ada di Kalteng akan musnah,” imbuhnya.

Masih dari sumber yang sama, Kepala Departemen Advokasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Zenzi Suhadi menyebut ada potensi bahaya jika terjadi eksploitasi skala besar oleh pihak korporasi untuk dijadikan komoditi komersil.

“Berbahaya kalau dijadikan komoditi komersial skala besar oleh kelompok korporasi," ungkap Zenzi.

Menurutnya, pemerintah harus mempercepat pengakuan dan perlindungan wilayah adat untuk masyarakat setempat agar pemanfaatan tanaman tersebut menyesuaikan dengan aturan masyarakat lokal.

"Pemerintah mesti mempercepat pengakuan dan perlindungan wilayah adat untuk masyarakat adat di wilayah tersebut, agar perlindungan dan pemenfaatan tumbuhannya mengikuti aturan hukum adat setempat,” kata dia.

Baca: Temukan Obat Kanker dari Kayu Bajakah, Rumah Siswa Didatangi Banyak Orang Minta Bantuan

Penemuan obat kanker dari tanaman bajakah juga mendapat respon dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof Dr Enny Sudarmonowati menilai, pemerintah harus menindaklanjuti mengenai tanaman bajakah.

"Karena ini sudah menghebohkan. Bagusnya pemerintah daerah setempat di sana melakukan tindaklanjut dan harus memastikan dahulu tanaman tersebut masih banyak atau tidak habitatnya,"ujar Enny.

Menurutnya, perlindungan perlu dilakukan mengingat tanaman bajakah adalah tanaman langka dan hanya tumbuh di daerah tertentu.

"Karena kalau lihat dari berbagai literasi, tanaman itu (bajakah) sulit tumbuh atau dikembangbiakan di tempat (habitat) berbeda dari asalnya."

"Soalnya bisa berubah kandungan dalam tanaman itu sendiri, jadi perlu sekali dilindungi," imbuh Enny.

Baca: Inilah Lokasi dan Cara Mengolah Tanaman Bajakah untuk jadi Obat Kanker

Sebelumnya, Jurnalis KompasTV, Aiman Witjaksono, menelusuri lebih lanjut mengenai tanaman bajakah yang kemudian disiarkan dalam progam Aiman KompasTV, Senin (12/8/2019).

Mengutip dari tayangan program Aiman, lokasi tumbuh tanaman bajakah tersebut berada di lahan gambut dan hanya terdapat di hutan pedalaman Kalimantan.

Sepintas, pohon bajakah hampir mirip dengan tumbuhan lainnya yang berada di hutan Kalimantan.

Secara kasat mata, tidak ada yang spesial sehingga membutuhkan kejelian dalam mencarinya.

Tanaman bajakah berbentuk batang bersulur yang tumbuh mengular hingga tinggi mencapai lima meter meski memiliki batang yang kuat dan cukup besar.

Ia bisa merambat pada ketinggian 5 meter lebih hingga ke puncak pohon lain yang dirambatinya.

Akar tanaman bajakah menghujam di dasar aliran air lahan gambut.

Tumbuhan ini hanya hidup di lokasi rimbun di mana sinar matahari tak banyak masuk, tertutup rimbunnya hutan.

Siswi SMA Negeri 2 di Palangkaraya menjadi juara tingkat dunia dalam lomba karya ilmiah, di Korea Selatan, Kamis (25/7/2019) (Capture Kompas Tv)

(Tribunnews.com/tio/Kompas.com) 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini