Laporan Reporter Tribun Jogja Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Museum yang satu ini terletak di kawasan Kotabaru Yogyakarta, salah satu kawasan terpadu yang memiliki rekam jejak sejarah yang menarik untuk disimak.
Namanya Museum Sandi. Di museum ini lah sejarah dunia intelejen Indonesia bisa dipelajari.
Bagi yang memiliki minat khusus terhadap berbagai hal yang berbau sejarah, museum ini menjadi salah satu yang wajib dikunjungi.
Museum Sandi menempati gedung bersejarah yang dulunya pada zaman pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai salah satu kantor terpadu dan pernah digunakan sebagai kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia masa Agus Salim ketika Ibu Kota RI di Yogyakarta.
Sempat juga gedung berlantai dua ini dipakai sebagai Museum Perjuangan.
Kali ini, Asnan Arifin sebagai Kurator Museum Sandi menemani perjalanan Tribun Jogja berkeliling museum. Perjalanan keliling museum di mulai dari ruang intro patriotisme.
Ruangan ini digunakan untuk memberikan informasi pada pengunjung tentang sejarah persandian Indonesia yang lahir di Kotabaru Yogyakarta.
Sebuah monitor berukuran 40 inchi melengkapi ruangan ini digunakan untuk memutar film sejarah persandian Indonesia.
Selanjutnya menuju ruangan ruang sandi klasik.
Di atas pintu masuk ruangan ini terdapat tulisan " dapat dipercaya".
Asnan menjelaskan, bahwa sengaja tulisan tersebut disematkan di ruang sandi klasik lantaran ingin memberikan pesan tersirat bahwa seorang sandiman,sebutan untuk mereka yang berprofesi sebagai pembawa sandi, haruslah dapat dipercaya semua informasi dan dirinya sendiri.
"Dapat dipercaya adalah etos sandi. Termasuk keberadaan museum ini adalah bagian dari dunia sandi itu ada, ini bagian yang bisa diakses publik dan dapat dipercaya di satu sisi memang ada hal hal yang tak boleh diakses oleh khalayak," terang Asnan.
Masih di rumah ini, ditampilkan beberapa koleksi sandi kuno bangsa dunia, di antaranya ada tablet bangsa Summerians.
Tablet ini terbuat dari terakota atau gerabah berbentuk persegi.
Di tablet ini terdapat kode kode rahasia sebagai sebuah sandi.
Selanjutnya ada sandi berupa tatto di tubuh manusia.
Sandi ini tercatat pernah digunakan pada abad VI SM oleh bangsa Persia.
Sejarah mencatat, sandi ditulis menggunakan tatto di bagian kepala kurir sandi.
Kemudian setelah sandi sampai pada penerima sandi, si kurir dihilangkan nyawanya karena dianggap tugasnya telah selesai.
Perjalanan keliling sampailah pada ruang perintisan sandi, kemampuan menyimpan rahasia.
Di ruangan inilah ditampilkan cikal bakal dunia persandian sebagai sebuah lembaga resmi negara dimulai.
Kala itu Menteri Pertahanan Republik Indonesia Amir Syarifuddin meminta dr. Roebiono Kertopati, seorang dokter di Kementerian Pertahanan bagian B (intelejen), sekaligus sebagai dokter pribadi Soekarno untuk membentuk dan memimpin dinas kode atau kode kamer yakni badan persandian pertama Republik Indonesia.
Dinas kode yang dipimpin dokter yang memiliki pengalaman dunia media ini lah sebagai cikal bakal badan persandian Indonesia.
dr Roebiono Kertopati sendiri disebut sebagai Bapak Persandian Indonesia dan menjadi sosok penting perkembangan dunia intelejen tanah air.
Di ruangan ini terdapat diorama Amir Syarifuddin dan dr Roebiono Kertopati yang digambarkan tengah duduk berdiskusi.
Selanjutnya ruang maket dukuh, dapat diandalkan.
Di rumah ini pengunjung bisa menyaksikan diorama dukuh di kawasan Menoreh yakni tempat eksodus sebagian pejuang ketika Yogyakarta diserang Belanda.(TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Museum Sandi Sajikan Jejak Perkembangan Dunia Intelijen Indonesia, https://jogja.tribunnews.com/2019/08/17/museum-sandi-sajikan-jejak-perkembangan-dunia-intelijen-indonesia?page=all.