Sriyono, Ketua Bank Sampah Rukun Santosa berkisah, unit kegiatan masyarakat ini berawal dari keresahannya terkait banyaknya sampah sekitar tahun 2013.
Sampah-sampah rumah tangga tersebut menyumbat saluran irigasi dan membuat irigasi pertanian terganggu.
Alhasil, Sriyono dan warga desa harus bergotong royong membersihkan sampah setiap hari Minggu.
Kondisi banyaknya sampah pun dikeluhkan Sriyono kepada Kepala Desa Karanglo, Yudi Kusnandar.
"Kami, kan, ngeluh, 'Pak, ndak Minggu gotong royong ngresiki sampah etan Karanglo kae, ngatasine piye?' (Pak, setiap hari Minggu gotong royong membersihkan sampah di sebelah timur Karanglo, bagaimana mengatasinya?'" ujar Sriyono.
Oleh Yudi Kusnandar, Sriyono disarankan untuk membuat bank sampah yang pada tahun tersebut tengah naik daun.
Karena dirasa belum memiliki pengalaman mendirikan bank sampah, keduanya akhirnya sepakat untuk mendirikan komunitas pengelola sampah.
Komunitas pengelola sampah yang terbentuk pada 16 Maret 2013 itu bertugas untuk mengumpulkan sampah-sampah layak kreasi.
Sriyono lantas meminta bantuan dari PT Tirta Investama, perusahaan air minum dalam kemasan, agar ia dan warga mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan sampah.
Sayang, pelatihan yang sedianya dilakukan selama enam bulan, hanya berjalan tiga bulan.
Selebihnya, komunitas pengelola sampah yang dipimpin Sriyono dengan melibatkan warga sekitar, berjalan mandiri.
Mulai dari pemilahan hingga membuat aneka produk berbahan sampah layak kreasi.
Termasuk mulai menerima sampah rumah tangga dari masyarakat.
Lebih dari setahun berjalan, komunitas pengelola sampah akhirnya memiliki rumah sampah yang berlokasi di tengah desa.