Saat berlari, Very menyebut pelaku masih memegang pisau yang digunakan untuk mencederai siswi jurusan pemasaran itu.
Ketika mencoba ditangkap oleh beberapa orang, Ravindra Giantama sempat menghindar beberapa kali.
Bahkan saat didekap jaketnya dilepas agar bisa kabur dari sergapan.
"Dia baru melepaskan pisaunya saat dipukul kepalanya, karena kami juga takut ada perlawanan dari pelaku menggunakan pisaunya," ujar Very.
Setelah tidak bisa berkutik, Very bersama orang lain yang turut mengamankan pelaku melakukan penggeledahan.
Saat penggeledehan ditemukan pisau lain di saku celananya berjenis pisau cukur.
Setelah itu pelaku dilaporkan ke pihak kepolisian dan langsung digiring ke Mapolsek Sumur Bandung untuk ditindak secara hukum.
3. Sudah Direncanakan
Kapolsek Sumur Bandung, Kompol Ari Purwanto, mengatakan pelaku telah merencanakan aksi penusukan sebelumnya.
Pelaku melakukan observasi terlebih dahulu terhadap aktivitas korban.
Dilansir Tribun Jabar, pemantauan aktivitas korban dilakukan melalui media sosial Instagram, hingga akhirnya diketahui lokasi sekolahnya.
Ari menyebutkan, korban pun merasa risih atas tindakan Ravindra kepadanya.
"Sudah tiga kali membuntuti (korban), bahwa dia observasi dulu sebelum melakukan aksinya (penusukan) itu," kata Ari.
Aksi penusukan oleh tersangka diduga sudah direncanakan, sebab pisau dapur yang digunakan telah disiapkan.
Pisau yang digunakan untuk aksi nekatnya itu disembunyikan di saku jaket putih yang sedang dikenakan pelaku.
"Saat mengetahui adanya korban, tersangka mendekati dan langsung menusuk rusuk sebelah kanan (korban)," ujar Ari.
Sebagai barang bukti pada kasus tersebut, polisi mengamankan dua buah pisau.
Satu barang bukti yang diamankan berupa pisau cukur.
Selain itu, baju korban yang terdapat bercak darah pun turut diamankan sebagai barang bukti tindak pidana tersebut.
Akibat aksi nekatnya itu, Ravindra diancam dengan pasal 351 KUHP Jo pasal 80 no.17 UU Tahun 2016 dengan hukuman kurungan penjara di atas lima tahun.
"Terkena pasal perlindungan anak, karena korban masih dibawah umur ya," imbuh Ari.
4. Keterangan Orang Tua Korban
Kepanikan sempat melanda Ade T (50) dan Sri Eka (49), orangtua korban.
Sang Ayah turut menceritakan kronologi saat dirinya dan istri mengetahui bahwa anaknya ditusuk.
"Biasanya saya mendengar berita kejadian seperti ini, kali ini, anak saya sendiri yang menjadi korbannya. Alhamdulillah anak saya mengelak, sehingga organ vital seperti jantung dan paru-paru bisa terhindar dari benda tajam tersebut," kata Ade kepada Tribun Jabar di rumahnya di daerah Sukajadi, Kota Bandung, Selasa (10/9/2019).
Ade menambahkan, pagi hari sekitar pukul tujuh kurang, ia sudah mengantarkan putri ketiganya tersebut ke sekolah.
Sekitar pukul 09.00 WIB, ia dihubungi tetangganya yang merupakan pensiunan SMKN 1 Bandung.
Tetangganya tersebut, menyampaikan bahwa ZDP ditusuk oleh seorang pria.
Mendengar hal tersebut, ia langsung mengajak istrinya untuk ke sekolah putrinya tanpa memberitahu kondisi yang sesungguhnya.
Sang istri bertanya-tanya dan Ade memutuskan ia sendiri yang akan ke sekolah.
Ade mengatakan kepada istrinya bahwa anaknya kecelakaan, tersenggol.
"Saya tidak langsung beritahu istri, takut dia panik. Jadi saya langsung ke sekolah. Namun, di perjalanan, pikiran saya sudah jelek, namanya ditusuk, pikiran saya udah ke nyawa. Saya berusaha mengendalikan diri saya saat berkendara menuju sekolah," ujarnya.
Tiba di sekolah, pihak sekolah memberitahu bahwa ZDP ditusuk.
Ia langsung menuju ke rumah sakit.
Setiba di rumah sakit, Ade melihat ZDP terbaring.
Ade pun menangis, tetapi putrinya menjawab bahwa ia tidak apa-apa.
"Mungkin pelakunya psikopat, ya, suka berlebihan, banyak kasus seperti ini, terlalu cinta, ngefans. Anak saya ini tidak pernah menerimanya, selalu menolak, bahwa akunnya diganti nama dan akun pelaku di-blok," kata Ade.
Menurut Ade, anaknya pernah bercerita terkait ketidaknyamanannya karena sering dihubungi pelaku.
Namun, Ade beranggapan, itu hal yang biasa dialami anak muda.
Meskipun begitu, putrinya selalu menolak dan pelaku lebih agresif bertindak.
Ibu korban, Sri Eka, mengatakan belum mengetahui apa yang terjadi dengan anaknya hingga pukul 12.00 WIB.
"Saya belum tahu apa yang terjadi, yang ada tiba-tiba saya WA ZDP, ya, dia bilang, Ma hanya satu jahitan, kok. Saya bingung dan bertanya, ada apa, kenapa dijahit. Saat chat itu, posisi ZDP ada di polsek," kata Sri kepada Tribun Jabar.
Jika di pemberitaan yang ada sekarang, Sri mengatakan seolah-olah putrinya dekat dengan pelaku dan seperti pacaran.
Fakta yang dipaparkan sang ibu, bahwa putrinya merasa terganggu dan selalu menolak setiap ajakan pelaku untuk bertemu.
Ia berharap, semoga tidak ada lagi korban seperti yang dialami putrinya.
Sri juga berpesan agar semakin bijak dalam menggunakan media sosial.
"Lebih baik bergaul dengan teman sekolah saja, lebih jelas, kalau ada apa-apa, sesama orangtua bisa berkomunikasi, kalau via medsos, susah," kata Sri.
5. Keterangan Korban
Saat ditemui Tribun Jabar di rumahnya, korban masih terlihat syok.
Namun, dirinya sudah bisa diwawancara dan sesekali menjamah bagian yang tertusuk tersebut.
Beberapa informasi diperoleh langsung dari korban.
ZDP mengatakan, bahwa di pergaulannya, ia memilih teman.
Namun, dia tidak memilih secara fisik maupun ekonomi, melainkan sikap.
"Saya itu sering dibilang judes, yang seperti itu saya kurang suka, sudah menilai negatif padahal baru saja mengenal," kata korban, dikutip Tribunnews dari Tribun Jabar.