"Benar, dia pernah bergabung dengan GAM, tapi saya tahun tidak terlalu ingat lagi tahun berapa. Tapi, setelah damai dia (Abu Razak) sudah beda dengan kita, sudah beda haluan, dia buat ulah," kata Darwis Jeunieb kepada Serambinews.com, Jumat (20/9/2019).
Darwis juga membenarkan, bahwa Abu Razak punya keahlian dalam membuat senjata di kala itu.
"Iya, dia bisa sedikit-sedikit buat senjata rakitan, tapi masa itu dia tidak terlalu bergabung dengan saya," kata Darwis.
Menurut Darwis, Abu Razak berasal dari Aceh Utara.
Baca: Jubir KPK: dalam 6 Bulan, Rp 28,7 Triliun Uang Negara Diselamatkan
Dia masuk GAM ke wilayah Batee Iliek melalui rekan-rekannya.
Hingga akhirnya, Razak juga bergerilya di belantara Bireuen kala itu.
"Dia sama anggota lain tinggal di atas Alue Pucok, di sana dia buat-buat senjata. Pernah sekali jumpa sama saya di hutan dan setelah damai saya pernah ke rumahnya, karena ada anggota nikah dengan keluarganya," ujar Darwis Jeunieb.
Namun setelah damai, Abu Razak kata Darwis, memilih jalan berbeda dengan kebanyakan eks GAM.
Dia justru bergabung dengan kelompok kriminal bersenjata, hingga akhirnya dibekuk oleh polisi.
"Dia kan pernah dipenjara dua kali, yang kedua dia melarikan diri. Intinya sudah beda haluan dengan kita," jelas Darwis Jeunieb.
Baku Tembak
Tim kepolisian gabungan dari Polda Aceh dan polres jajaran, Kamis (19/9/2019) sore berhasil melumpuhkan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam kontak tembak sekitar 15 menit di kawasan jembatan keude Tringgadeng, Pidie Jaya.
Pimpinan KKB itu, Abu Razak (53) tewas bersama tiga anggotanya setelah timah panas bersarang di tubuh mereka.
Abu Razak, mungkin tidak asing, namanya pernah didengungkan oleh polisi sebagai salah satu anggota kelompok kriminal bersenjata di Aceh dalam beberapa tahun terakhir.