Namun, Fendi tidak menyadari hal tersebut.
Di RSUD Moewardi Solo, Fendi dirawat hingga satu bulan lebih.
Fendi juga harus menjalani pemeriksaan di laboratorium hingga 13 kali untuk mencari tahu penyebab sakit yang diderita.
“Lab-nya sampai 13 kali di Budi Sehat, doagnosisnya toxoplasma. Informasinya obatnya hanya di Dr Soetomo Surabaya,” ujar Edi.
Akhir September, Fendi dirujuk ke RS Dr Sotomo Surabaya untuk mendapat perawatan dan obat taxoplasma sesuai dengan diagnosis dari laboratorium Budi sehat Solo.
Sempat menjalani perawatan hingga 3,5 bulan, di RS Dr Soetomo Fendi didiagnosi kanker otak dan harus dioperasi.
Anehnya saat dilakukan pemeriksaan MRI, dokter tidak menemukan adanya kanker di otak Fendi.
“Itu sampai tiga kali terjadi. Di MRI ada tapi saat akan dioperasi tiba tiba nggak ada,” ucap Edi yang selalu mendampingi Fendi.
Gagal Operasi, mengandalkan pengobatan Alternatif
Meski secara medis belum ada kejelasan penyakit yang diderita Fendi, keluarga memilih melakukan upaya pengobatan alternatif.
Sejak pulang dari Dr Soetomo Surabaya, lebih dari 10 kali upaya pengobatan alternatif telah dilakukan.
Namun, sampai saat ini belum ada perubahan yang berarti dialami Fendi.
”Yang pengobatan viral di YouTube sudah dilakukan sampai 10 kali, tapi belum membawa perubahan,” kata Edi.
Upaya pengobatan yang dilakukan keluarga membuat pesangon dari perusahaan sebesar Rp 30 juta habis.