Beruntung Ia selamat setelah mengungsi di Kodim.
"Saya mengungsi ke Kodim, kios warung kelontong saya dibakar. Enggak ada barang yang bisa diselamatkan. Kalau pelakunya banyak, mereka menyebar. Tapi kita enggak kenal mereka," tutur Anton.
Baca: Wamena Mulai Kondusif, Dokter Takut Bertugas, Sejumlah Puskesmas Masih Tutup
Sementara itu, Amin (40) satu diantara pengungsi yang juga keluar dari Wamena mengungkapkan, tidak semua warga Wamena terlibat dalam kerusuhan.
Ia mengatakan, warga asli Wamena justru menolong para pengungsi dari serangan perusuh.
Dilansir dari TribunBogor, Amin berhasil selamat dalam kerusuhan tersebut setelah ditolong dan bersembunyi di rumah warga Wamena.
"Saya selamat dari karena ketika rumah saya di depan di bakar saya lari keluar lewat pintu belakang rumah. Sembunyi saya di rumah warga sana (Wamena)," kata Amin
Setelah bersembunyi, Ia diberi informasi oleh warga Wamena tentang keberaddan aparat.
"Saya selamat dari karena ketika rumah saya di depan di bakar saya lari keluar lewat pintu belakang rumah. Sembunyi saya di rumah warga sana (Wamena)," kata Amin
Informasi yang Ia terima, kerusuhan itu berawal dari demo mahasiswa di depan kantor bupati.
Namun demikian, Ia meragukan bahwa pelaku kerusuhan tersebut adalah para mahasiswa.
Sebab perusuh yang dilihatnya sudah tua-tua dan berjenggot.
"Itu katanya (yang rusuh) mahasiswa. Itu semua tua-tua, berjenggot-jenggot itu, mana ada mahasiswa tua-tua, gak ada," katanya.
Baca: Personil TNI dan Polisi Mulai Bersihkan Puing Sisa Kerusuhan di Pasar Wouma, Wamena
Hal senada juga dikatakan Sunam (33) seorang pekerja di pabrik tahu yang juga diselamatkan warga lokal.
Dia dan 13 kawannya yang lain diajak bersembunyi di rumah warga asli Wamena sampai akhirnya diamankan aparat untuk dikirim ke pengungsian di Sentani.