TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - Jalan Lingkar Timur Jatigede sepanjang 18 km sudah tersambung. Jalan pengganti Jatigede-Wado yang terendam Bendungan Jatigede ini sangat lebar seperti jalan nasional.
Pengaspalan jalan yang tersisa sekitar empat kilometer lagi dan dua jembatan sedang dikebut dituntaskan.
Jalan Lingkar Timur Jatigede ini akan tuntas akhir tahun ini.
Desa itu adalah Desa Jemah, Ciranggem, Cisampih dan Mekarasih.
“Blok Panyiriban, Desa Mekarasih, Jatigede yang merupakan relokasi warga asal genangan Bendungan Jatigede sebelumnya terpencil berada di pelosok tapi kini persis berada di pinggir jalan,” kata Ujang Tedi (38), warga Desa Mekarasih yang rumahnya di ujung perbatasan Mekarasih dengan Desa Ciranggem, Minggu (20/10/2019).
Ia mengaku sejak kampung halamanya direndam Bendungan Jatigede, sebagian warga dari Desa Sukakersa, Wado dan Desa Leuwihideung, Darmaraja pindah ke blok Panyiriban, Desa Mekarasih.
“Kami memakai tanah desa untuk tinggal dan tanah ini tak boleh diperjualbelikan,” katanya.
Jalan Lingkar Timur Jatigede membentang mulai dari pertigaan Jalan Tolengas-Jatigede di Desa Cijeungjing sampai ke Kecamatan Jatinunggal.
Jalan masuk ke Desa Jemah yang sebelumnya lokasi terpencil kini berada di pinggir jalan besar. Pemandangan indah mulai dirasakan saat masuk Jemah.
Warga setempat banyak yang membuat warung-warung di di pinggir jalan di blok Panenjoan. Di kawasan ini hamparan Bendungan Jatigede terlihat jelas.
Pulau-pulau kecil bermunculan dan di ujung barat Gunung Tampomas tampak menjulang.
Pemandangan dengan hamparan Bendungan Jatigede terlihat sampai ke Desa Ciranggem dan Mekarasih. Di Desa Ciranggem bahkan lokasi pesisir bendungan lebih dekat.
“Pesona Jatigede sangat indah terlihat di sebahah timur setelah jalan Lingkar Timur. Saya mendengar ada beberapa tempat wisata yang akan dikembangkan seperti di Situs Curug Mas akan ada wisata waterboom,” kata Ujang Tedi.
Bupati Dony Ahmad Munir mengatakan kawasan Bendungan Jatigede dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) parawisata.