Angin Bersifat Lokal
Reni menambahkan angin kencang di kawasan Merapi yang terjadi di wilayah Kabupaten Magelang, Boyolali dan Sleman bersifat sangat lokal.
Selain mengacu kepada konsentrasi wilayah kerusakan, kecepatan anginnya pun berbeda dengan dataran rendah lainnya dimana di lereng Merapi mencapai 80 km/jam (skala fujita) sedangkan pengukuran di Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta 16 km per jam.
"Kasus kejadian di lereng Merapi di mana angin berhembus cukup kencang secara lokal, lebih kencang di malam hari, ada dugaan peningkatan aktivitas Merapi turut andil memicu kejadian bencana lokal angin kencang ini," jelasnya.
Peningkatan aktivitas Merapi berupa Erupsi awan panas pada tanggal 14 Oktober diikuti guguran lava pada tanggal 15 Oktober 2019 telah menyebabkan peningkatan suhu permukaan di Kawasan Puncak Merapi.
Hal itu menyebabkan tekanan udara di wilayah ini menjadi cukup rendah.
"Sebagaimana kita tahu, bahwa dalam skala tertentu, tekanan udara permukaan berbanding terbalik dengan suhu udara permukaan. Suhu yang lebih panas akibat erupsi Merapi dan guguran lava yang terjadi dalam waktu yang cukup lama, akan mampu menurunkan tekanan udara permukaan sehingga udara mengalir ke wilayah dengan suhu lebih panas tersebut," terangnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Angin Kencang di Lereng Merapi Dipicu Anomali Aliran Angin Lembah