News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Viral

Viral Video Likuifaksi di Kaltara yang Ingatkan Kejadian di Palu, Ini Penjelasan dari Likuifaksi

Penulis: Inza Maliana
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perbandingan Likuifaksi yang Viral di Kaltara dan Likuifaksi yang menelan banyak korban pada September 2019 di Perumahan Petobo, Palu.

Apa itu Likuifaksi ?

Penjelasan tentang fenomena ini disampaikan mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari dan praktisi geologi Lesto Prabhancana.

Dalam perbincangan dengan Tribunjogja.com, Kamis (4/10/2018), Lesto langsung menyodorkan foto satelit dan peta gempa serta peta sesar di Palu.

Daerah Petobo dan Balaroa ternyata persis berada di atas garis merah sesar Palu-Koro.

Gempa dahsyat yang menyulut tsunami berpusat di Donggala, ujung dari sesar Palu-Koro yang membelah Kota Palu.

Karena berada tepat di sesar itulah, guncangan kuat gempa mengubah daratan yang di atasnya padat permukiman, seketika jadi lunak dan bergerak.

"Ketika terguncang, lapisan tanah seperti teraduk dan otomatis merusak lapisan kedap air di bawahnya. Ketika lapisan kedap air atas terkoyak, maka air tanah akan terbuka dan bercampur tanah yang teraduk oleh guncangan gempa," kata Lesto.

Baca: Bamsoet Bangga Jokowi dan Wapres Maruf Amin Menjadi Keluarga Besar Pemuda Pancasila

Baca: Kronologi Lengkap Sopir Taksi Online Tewas Dibunuh di Bogor, Korban Digorok Pakai Pisau Cutter?

Lesto menyebut lapisan padat yang teraduk dan bercampur air itu berada di atas bidang gelincir miring.

Ketika sudah lunak, otomatis akan bergerak mengikuti bidang gelincirnya.

Itulah mengapa terlihat daratan bergerak dan bergeser seperti sungai.

Fenomena ini masih terhitung jarang terjadi di Indonesia.

Sejauh yang diingat Lesto, pernah ada kejadian mirip di Sumatera Barat.

Di Majalengka juga pernah ada peristiwa yang mirip, namun lebih cenderung fenomena tanah bergerak.

Rovicky Dwi Putrohari menjelaskan, fenomena ini terjadi ketika kekuatan rekat atau daya kohesifitas sedimen yang tidak kompak di zona jenuh air menghilang.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini