News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Habiba Wanita 53 Tahun yang Harus Berjalan Kaki 1 Km Untuk Antre Mendapatkan Air Bersih

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mama Habiba (54) warga Kampung Ende, Desa Bea Ngencung, Kec. Ranamese, Kab. Manggarai Timur, Flores, NTT sedang menimba air minum di jerigen, Sabtu, (16/11/2019).

TRIBUNNEWS.COM, BORONG - Habiba (53), seorang warga Kampung Ende, Desa Bea Ngencung, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur ( NTT), harus berjalan kaki sepanjang 1 kilometer untuk antre mendapatkan air bersih.

Dengan membawa sejumlah jeriken, air bersih yang telah ditampungnya itu, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti cuci pakaian dan mandi.

Mendapatkan air bersih, bukanlah perkara mudah bagi warga di pedalaman Manggarai Timur.

Setiap hari, ia selalu menyusuri jalan panjang menuju sumber air.

"Setiap hari ke sini (sumber air) jalan kaki pikul jeriken air dan ember pakaian," kata Habiba saat menimba air bersih serta mencuci pakaian kepada Kompas.com, Sabtu (16/11/2019).

Baca: Sering Diintip saat Mandi di Sungai, Gadis 16 Tahun Dipaksa Berhubungan Intim di Ruang Tamu

Baca: Mandi di Hotel, Pria Ini Dengar Suara Gaduh Pasangan Kamar Sebelah, Nangis saat Tahu Sosoknya

Baca: Pemicu Habis Mandi Malah Timbul Keringat Berlebih

Jeriken-jeriken air menjadi saksi bisu penderitaan warga Bea Ngencung, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur ini.

Mereka tidak punya pilihan, selain harus mengambil air dari sumber mata air tersebut.

Habiba menjelaskan, ada lima kampung di desa itu yang mengambil air dari sumber itu.

"Soalnya kan di sini, sumber air bersih untuk minum dan masak itu hanya satu ini," kata Habiba.

Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Bea Ngencung dihuni oleh 349 kepala keluarga, 851 perempuan, 728 laki-laki dan total penduduk sekitar 1.579 jiwa.

Habiba mengatakan, jika saja air itu dialirkan ke kampung menggunakan pipa, warga tidak akan kesulitan mendapatkan air bersih, karena debit air cukup besar, meskipun kemarau melanda wilayah itu.

"Harapan kami, pemerintah bangun jaringan pipa air menuju kampung kami. Kami sudah terlalu lama sengsara," ujarnya.

Harapan yang sama juga disampaikan oleh Siprianus Dabur (38), warga tetangga kampung Habiba.

Menurut Dabur, pemerintah wajib hadir di tengah kesulitan warga yang kesulitan mendapatkan air bersih.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini