Sampai saat ini, kematian korban sangat disayangkan pihak keluarga korban, apalagi korban dikenal pintar bergaul.
Terpantau, tangisan kerabat korban semakin sore semakin ramai di rumah duka.
Zidane Siahaan sahabat kecil korban meratapi sambil bersenandung (mangandung-andung) atas kematian korban.
"Naso diingot ho be hita nasai rap marbola najolo? Hape dung tammat hita sikkola sian SMA marjajji ho na ikkon rap hita sahat tu namate. (Apakah kau tidak ingat sejak kecil di kampung kita selalu sama-sama main bola. Dan setelah tamat SMA kita berpisah, tetapi tetap setia dan berjanji sehidup semati)," kata Zidane Siahaan menangisi jenazah Roger mengenang masa kecil mereka.
Kematian sahabatnya Rojer, pukulan batin yang cukup keras bagi Zidane yang dulunya mereka dikenal selalu bersama enam orang sekawan.
Korban yang merupakan anak ke dua dari empat bersaudara ini menurut Zidane dikenal sebagai sosok yang baik di desanya.
Bahkan, kata Zidane meskipun sudah kuliah dan jauh dari desa, Rojer tak sungkan bergaul dengan sahabat-sahabat kecilnya di Balige.
Roger termasuk orang yang rajin pulang ke kampung membantu orang tuanya ke ladang kalau ada libur kuliah.
Baca: Pelaku Penusukan yang Menewaskan Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Belum Tertangkap
Baca: Bentrok Mahasiwa yang Tewaskan Satu Orang Diawali Perselisihan dalam Pertandingan Futsal
"Keseharian korban kalau dia pulang dia pasti bantu orang tua. Sesudah sore dia kumpul bersama kami temannya," cetus Zidane.
Hal serupa disampaikan Ruth Reni Aruan, warga Tambunan Tobasa ketika melayat ke rumah duka.
Ruth merupakan sesepuh Rojer dalam Gerakan Organisasi Kemahasiswaan.
Kematian korban membuat banyak orang dekatnya yang tak percaya seperti Ruth.
Karena keseharian korban dikenal bukan orang yang suka berkelahi.
"Dan dari kami selaku warga sekampungnya ingin kejadian ini diusut. Tidak usah menutup-nutupi untuk alasan memperbaiki nama kampus," tegas Ruth yang masih berseliweran air mata di rumah duka.