Berikut ini 5 fakta gaging bangkai sapi dijual di Tulungagung, diduga diracun hingga bahayanya jika dikonsumsi manusia
TRIBUNNEWS.COM- Viral di media sosial perdagangan bangkai sapi.
Bangkai sapi tersebut dijual mulai dari harga Rp 3 juta.
Menurut kabar yang beredar, daging bangkai sapi ini kemudian dijual dengan harga setara dengan daging sapi sehat.
Dikutip dari Surya.co.id, peristiwa ini terjadi di Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung.
Kabar ini membuat warga resah, diduga ada faktor kesengajaan yang dilakukan oleh okmun tertentu.
Berikut ini kumpulan fakta penjualan daging bangkai sapi yang telah dirangkum Tribunnews.com dari Surya.co.id pada Selasa (3/12/2019).
1. Terjadi Sejak Oktober 2019
Isu yang berkembang mengatakan ada sekitar 30 ekor sapi yang mati.
Namun kabar tersebut dibantah oleh Kepala Desa Nyawangan, Sabar.
"Memang ada sapi yang mati, tapi jumlahnya tidak sampai 30 ekor.
Dari yang kami data hanya ada delapan ekor," ujar Sabar, Selasa (3/12/2019) sebagaimana dikutip dari Surya.co.id.
Sabar mengungkapkan, enam ekor di antara sapi yang mati ada di Dusun Puthuk.
Kematian sapi ini terjadi sejak dua bulan lalu.
Warga menduga, sapi-sapi ini mati karena diracun.
"Yang membuat warga waspada, sapi-sapi ini mati dengan ciri-ciri keracunan," sambung Sabar.
Diduga ada oknum tertentu yang sengaja meracuni sapi warga.
Sebab, sapi yang mati adalah sapi-sapi yang gemuk, baik sapi perah atau sapi pedaging.
2. Bangkai Sapi Hilang
Matinya sapi-sapi para warga ini sudah dilaporkan ke polisi.
Namun polisi juga kesulitan, karena bangkai sapi tidak ditemukan.
"Setiap kejadian baru dilaporkan ke saya lima atau tujuh hari setelah kejadian.
Jadi saya juga tidak tahu detailnya," lanjut Sabar.
Ada pula yang curiga, kematian sapi ini karena ada modus kejahatan.
Karena, sapi yang mati harganya jatuh hanya sekitar Rp 3 juta per ekor.
Padahal dalam kondisi hidup, utamanya sapi perah belum produksi, berkisar Rp 17 juta.
Modus ini dilakukan untuk mendapatkan sapi dengan harga murah.
Selanjutnya daging sapi dijual layaknya daging sapi sehat, dengan harga normal.
3. Ciri-ciri Keracunan
Kepala Dusun Puthuk, Desa Nyawangan, Sutikno membenarkan ada enam sapi di wilayahnya yang mati mendadak.
Dari ciri-cirinya sapi itu memang mati karena racun.
Sebelumnya sapi dalam kondisi sehat, tiba-tiba melenguh sangat keras, kemudian ambruk, berdiri lagi, ambruk lagi kemudian mati.
"Ada yang mulutnya berbusa atau lidahnya keluar.
Ciri-ciri itu biasanya karena racun," ucap Sutikno.
Ciri-ciri ini berbeda dengan sapi yang sakit, biasanya perutnya dalam kondisi melembung berisi udara.
Atau kasus kematian yang paling banyak ditemui warga, yaitu broyongen (prolapsus uteri).
4. Tanggapan Disnakkeswan
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Tulungagung, melalui Kabid Kesehatan Hewan, Mulyanto mengaku baru mendengar kabar sapi-sapi warga Nyawangan yang mati mendadak.
Karena itu Dinasnakkeswan baru mengirim tim ke Desa Nyawangan hari ini, Selasa (3/12/2019).
“Kami mengirim petugas hari ini untuk melakukan investigasi,” ucap Mulyanto.
Petugas yang dikirim akan melakukan survei kapan kejadian kematian sapi-sapi ini, dan untuk mencari barang bukti.
Jika bangkai sapi itu dikubur, maka akan dilakukan autopsi untuk memastikan penyebabnya.
Namun jika sapi yang mati itu sudah dijual, maka akan ditelusuri pihak yang membelinya.
“Saya masih belum bisa bicara banyak, karena masih belum pegang data,” sambung Mulyanto dikutip dari laman yang sama.
5. Bahaya Daging Bangkai Sapi
Melansir artikel yang diterbitkan Pusat Riset dan Pengembangan Produk Halal Universitas Airlangga berjudul 'KAJIAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI SEBAB LARANGAN SUATU MAKANAN DALAM SYARIAT ISLAM' mengonsumsi bangkai hewan dapat berbahaya bagi tubuh.
Bangkai diartikan sebagai hewan yang meninggal tanpa ada proses penyembelihan terlebih dahulu.
Hal ini rupanya menyimpan bahaya jika nantinya daging tersebut dikonsumsi oleh manusia.
"Tidak adanya proses penyembelihan menyebabkan darah masih banyak memenuhi otot sehingga bisa menjadi media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat membahayakan manusia.
Ketika hewan yang masih hidup disembelih, maka hewan tersebut akan mengeluarkan darah secara sempurna karena jantung yang memompa darah masih berfungsi dengan normal.
Namun ketika sudah mati dan menjadibangkai, walaupun dilakukan penyembelihan, darah tidak bisa keluar dengan sempurna karena kerja jantung sudah berhenti.
Darah menjadi beku dan terkumpul dalam otot."
Sementara itu, adanya mikrooganisme jahat dalam bangkai hewan dapat berakibat negatif bagi organ manusia yang mengonsumsinya.
"Daging yang berasal dari bangkai akan meningkatkan kontaminasi bakteri patogen yang lebih besar. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.
(Hal ini) menyebabkan demam tifoid, yaitu penyakit yang ditandai dengan demam yang berlangsung lama dan disertai peradangan (inflamasi) yang dapat merusak organ hati dan usus."
(Tribunnews.com/Bunga)(Surya.co.id/David Yohanes/Alif Nur Fitri Pratiwi)