Melihat kasus tersebut, seorang Psikolog Anak dan Keluarga Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi menduga NU mengalami depresi atau baby blues.
Menurut Adib, kondisi itu dialami NU lantaran dirinya masih memiliki bayi berusia sekitar satu tahun dan masih menyusui.
"Saya melihat, dia (NU) itu kan masih menyusui juga, kemungkinan besar ibu ini mengalami depresi atau kesedihan yang mendalam, atau biasa dikenal dengan baby blues," ungkap Psikolog Anak dan Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia itu, saat dihubungi Tribunnews.com pada Selasa (3/12/2019).
Lebih lanjut, berdasarkan pengalaman prakteknya, Adib melihat tindakan NU tersebut terjadi karena tekanan-tekanan yang terpendam.
"Ibu ini kan tekanannya sudah banyak, artinya ini tekanan-tekanan yang sudah mengumpul," jelasnya.
"Tekanan dari dia punya anak pertama, anak kedua, sehingga si ibu ini sudah benar-benar tidak tahu caranya mengasuh anak ini seperti apa," sambung psikolog praktekpsikolog.com itu.
Adib menambahkan, kondisi tersebut dapat dialami seorang ibu yang kurang mendapat dukungan sosial.
"Ini terjadi karena memang dukungan sosial kepada si ibu ini kurang," kata Adib.
Baby blues, Adib mengatakan, juga sangat dimungkinkan terjadi ketika seorang istri kurang medapat dukungan dari suami.
"Barangkali suaminya kurang mendukung si ibu, sehingga emosinya keluar dan dia tega menyeret anaknya sendiri seperti itu," terangnya.
Mengetahui suami NU berdinas di luar kota, Adib mengatakan hal itu sangat berpengaruh pada kondisi psikologis NU.
Menurutnya, kondisi tersebut membuat NU merasa sendirian dalam mengurus anak-anaknya yang masih balita.
"Sudah punya anak balita 3 tahun, ditambah lagi punya anak di bawah umur 1 tahun dan masih menyusui, dia merasa sendiri dalam mengasuh anak," kata Adib.
"Ibu-ibu yang merasa sendiri mengasuh anak tentunya kan ya emosi seperti itu bisa saja tidak terkendali," sambungnya.