Bagaimana tidak, ia saban hari harus bekerja mengangkat beban material yang membuat ototnya keras.
Nasibnya mulai berubah ketika bertemu dengan Budi Wizon, petinju peringkat 1 Asia Pasifik asal Banjarnegara.
Di tangan sang pelatih, melalui Wizon Academy Banjarnegara, Praditya mampu mengoptimalkan bakatnya.
Teknik dan kemampuannya dalam bertinju semakin terasah.
Sejak serius menekuni tinju, Praditya memutuskan pensiun sebagai kuli bangunan.
Keputusannya tak salah.
Berkat latihan kerasnya selama ini, Praditya berhasil memenangi sejumlah kejuaraan.
Ia menabung sedikit demi sedikit uang hasil kemenangannya untuk membangun usaha.
Bagi petinju yang jam terbangnya masih sedikit sepertinya, Praditya memang perlu memikirkan usaha untuk meningkatkan pundi ekonominya.
Pensiun dari buruh bangunan, Praditya kini banting setir menjadi wirausaha dengan berjualan es dan jamu tradisional.
Ia menyewa sebuah kios di Wanadadi Banjarnegara untuk membuka usaha.
Usaha ini lebih baik bagi Praditya.
Minimal, ia tidak perlu merantau ke kota besar lagi untuk mencari sesuap nasi.
Dengan demikian, di sela aktivitasnya di warung, Praditya bisa fokus berlatih untuk pengembangan karir tinjunya.