TRIBUNNEWS.COM - Hasil lembaga survei Median menyebut elektabilitas Gibran kalah dari sang petahana Achmad Purnomo di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo pada 2020 mendatang.
Dengan menggunakan metode pertanyaan terbuka, lembaga survei Median menyampaikan 18 nama kandidat calon Wali Kota Solo.
Hasilnya, nama Achmad Purnomo dan Gibran Rakabuming Raka menjadi kandidat dengan elektabilitas tertinggi, jika menggunakan metode ini.
Elektabilitas petahana Achmad Purnomo masih unggul dengan meraih 45 persen suara, sedangkan elektabilitas Gibran tercatat sebesar 24.5 persen.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun menyebut dari hasil survei tersebut terdapat perbedaan cara memilih.
"Menurut saya ini ada perbedaan cara memilih, dari masing-masing konstituen, baik dari petahana Pak Purnomo, yang kedua challenger-nya Gibran," ujar Rico Marbun di Studio Menara Kompas, Selasa (17/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Ia mengatakan, ada dua alasan yang melatarbelakangi pemilih menentukan pilihannya.
"Kalau kita bicara mengenai perilaku pemilih, pemilih biasanya menjatuhkan pilihannya atas dua hal," katanya.
"Yaitu pemilihan secara rasional, yang kedua pilihan secara emosional," jelas Rico.
Menurutnya, pemilih yang rasional akan memilih berdasarkan kemampuan dari calon kepala daerah.
"Rasional itu, orang memilih karena menghitung nilai kompetensi seseorang," ungkapnya.
Sementara, pemilih yang mengutamakan emosionalnya, akan memilih orang terdekatnya.
"Pilihan emosional, biasanya orang menghitung karena faktor kedekatan, faktor non rasional," jelas Rico.
Survei Median menunjukkan mayoritas pemilih Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada Solo 2020 karena faktor sosok Gibran yang dinilai mewakili kaum muda, dengan persentase 27.3 persen.
Alasan berikutnya adalah karena Gibran adalah putra dari Presiden Joko Widodo, sebesar 18.5 persen.
Dan yang ketiga, 13 persen karena alasan melihat Gibran sebagai sosok pengusaha kreatif.
Sebelumnya, dalam tayangan YouTube Talk Show tvOne, Senin (16/12/2019), Rico Marbun mengungkapkan ada dua masalah yang menghambat elektabilitas Gibran tertinggal dari Achmad Purnomo.
Masalah pertama, adalah soal gagasan atau kompetensi.
"Yang satu itu masalah kompetensi, sebagian besar orang milih Gibran ini bukan karena faktor rasional tapi karena faktor emosi," ujar Rico Marbun.
Menurut Rico, alasan pertama orang memilih Gibran karena muda, sementara alasan kedua karena anak dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Sementara masalah kompetensi itu masih nomor tiga, dianggap dia pengusaha," jelas Rico.
Namun, hal tersebut berbeda dengan Achmad Purnomo.
Menurut Rico, alasan pertama orang memilih Achmad Purnomo karena ia memiliki kompetensi.
"Nah ini beda dengan Pak Achmad Purnomo, kompetensi nomor satu," terang Rico.
Sementara itu, masalah kedua adalah soal dinasti politik.
"Nah masalah dinasti politik ini memang angkanya jauh lebih besar orang yang menganggap ini bukan dinasti politik, 55 persen lawan 45 persen, tetapi angka 45 persen ini juga tidak bisa dianggap kecil," papar Rico.
Lebih lanjut, Rico menjelaskan, orang yang menganggap dinasti politik ini bermasalah adalah pemilih yang berada di usia di atas 40 tahun.
"Sementara pemilih Gibran di angka 40-60 tahun itu memang lebih rendah," ujarnya.
Sementara itu, menurut petahana Achmad Purnomo, saat ini Gibran belum banyak dikenal oleh masyarakat Solo.
"Kalau menurut saya itu suatu hal yang biasa, karena Mas Gibran kan belum dikenal oleh masyarakat ya tentu akan berusaha mengenalkan dirinya lebih lanjut," ujar Achmad Purnomo.
Achmad Purnomo menjelaskan meski Gibran adalah anak dari Presiden Jokowi, namun banyak dari masyarakat yang belum mengenal secara langsung sosok Gibran.
"Lho kan secara langsung banyak yang belum ngerti, banyak yang belum kenal," jelas Achmad Purnomo.
Achmad Purnomo mengaku dirinya sudah punya modal untuk dikenal masyarakat Solo, karena saat ini dirinya kini tengah menjabat sebagai Wakil Wali Kota Solo, mendampingi Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.
Dengan modal yang ia miliki, Achmad Purnomo mengaku memiliki keyakinan yang lebih besar.
"Karena tugas saya sebagai wali kota, hampir setiap hari berada di masyarakat kegiatannya, " ujarnya.
"Ya tentu saja begitu, menambah keyakinan saya untuk mengabdi," tambahnya.
Bahkan, Achmad Purnomo menganggap soal elektabilitasnya yang lebih tinggi daripada Gibran adalah hal yang biasa.
"Ya, itu bagi saya sebagai suatu hal yang biasa, ya kegiatan demokrasi memang begitu, ya kalau memang survei dari median betul ya yang pertama saya bersyukur atas kepercayaan masyarakat kepada saya," tutur Achmad.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Nanda Lusiana Saputri)