Aksi Riyanto sebagai umat beragama yang kaya akan nilai kemanusiaan ini, membuat Pemerintah Kota Mojokerto mengganti nama jalan di kelurahan Prajurit Kulon menjadi jalan Riyanto.
Hal ini dilakukan sebagai wujud hormat warga Mojokerto kepada sosok Riyanto.
Disisi lain kerukunan komunitas yang menamakan dirinya Katolik Garis Lucu melakukan gerakan berkirim 'Kado' untuk Riyanto.
Katolik Garis Lucu turut mengajak masyarakat untuk memberikan kado yang berwujud donasi sembari mengenang jasa Riyanto.
"Di tengah ragam tantangan yang dihadapi Indonesia terkait kerukunan, persatuan sebagai satu bangsa, Katolik Garis Lucu mengenang almarhum Riyanto," tulis Katolik Garis Lucu.
Melihat banyaknya yang mengenang jasa Riyanto, pihak keluarga pun mengaku bangga.
Karena anaknya dapat menjadi panutan bagi warga lain dalam menjaga kerukunan dan berperilaku toleransi terhadap sesama.
Pada malam natal 2000, Banser Riyanto tewas akibat bom yang hendak ia pindahkan dari Gereja Eben Haezer meledak dalam dekapannya.
Dikutip dari TribunSolo.com, Riyanto tengah berjaga di misa pada malam Natal, 24 Desember 2000, ketika ia mendapatkan kabar dari seseorang terkait bungkusan hitam mencurigakan.
Dengan sigap, anggota Banser itu langsung membuka bungkusan tersebut.
Saat melihat banyaknya rangkaian kabel, ia langsung meyakini bahwa itu merupakan sebuah bom.
Riyanto kemudian membawa bungkusan itu dan segera melemparkannya ketempat sampah.
Namun, bungkusan tersebut terpental hingga akhirnya Riyanto mengambil dan mendekapnya.
Saat berusaha membawa bom tersebut ke tempat yang jauh dari keramaian, nahas bom tersebut meledak.
Nyawa Riyanto tidak dapat diselamatkan.
Meski begitu, ia telah menyelamatkan ratusan nyawa lainnya.
Aksi heroik Riyanto ini akan terus dikenang sebagai pejuang kemanusiaan yang tidak mengenal batasan golongan ataupun agama. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma, TribunSolo.com/Noorchasanah Anastasia Wulandari)