Kata Syarifudin, saat itu ia juga menerima informasi dari anggota Polsek Ciledug yang sebelumnya sudah menegur Raja atas aksinya di lokasi banjir tersebut.
Menurutnya, dalam situasi yang tak berbeda jauh, Syarifudin melihat Raja melakukan pendataan di depan warga.
" Disitu saya memang langsung menegurnya, karena ingin mengetahui aksi Raja tersebut atas perintah siapa. Sebagai pejabat wilayah, saya dan tim Basarnas saat itu bertanggungjawab penuh. Proses evakuasi dalam situasi banjir separah itu harus digerakan dalam satu komando," terang Syarifudin.
Camat Ciledug Tak Pernah Lihat Relawan Banjir
Dijelaskan Syarifudin, sebelum kejadian tersebut Ia bersama tim sudah di Wisma Tajur sejak Rabu pagi (1/1/2020).
Namun, Kamis Pagi (2/1/2020) Syarifudin meninggalkan Wisma Tajur untuk mengambil logistik bantuan di wilayah Kunciran Indah.
"Sejak hari pertama kejadian banjir saya tidak melihat sosok Raja, seharian saya di Wisma Tajur mengevakuasi warga, istirahat sebelum subuh pun saya masih salat di Wisma Tajur, disitu saya masih tak melihat Raja," aku Syarifudin.
Lanjutnya, ketika Syarifudin kembali ke Wisma Tajur siang hari, ia melihat Raja sibuk mengatur warga.
Informasi lainnya, saat Syarifudin tak di tempat, Raja memang ikut membantu masyarakat mengevakuasi korban dan barang-barang korban atas komando dirinya sendiri tanpa personel lapangan yang bertugas.
"Sudah hari kedua, semua mungkin sudah dalam kondisi lelah begitu juga dengan saya, hingga sempat tersulut emosi. Tidak ada niat saya menghalangi siapa pun untuk menjadi relawan," ucap Camat.
"Namun, dalam situasi tersebut semua harus dalam satu komando, sehingga semua tertangani dengan jelas dan by data," tegas Syarifudin.
Menurutnya, Raja hadir di lokasi kejadian hanya membawa diri, tanpa membawa peralatan evakuasi atau logistik.
"Dari penglihatan semua itulah yang saya takuti, ada satu pihak yang membuat situasi tak nyaman bagi seluruh personel yang ada di lapangan sejak hari pertama," ujar Syarifudin.
(Tribunnews.com/Maliana/ Tribunjakarta.com/Ega Alfreda)