TRIBUNNEWS.COM - Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek menimbulkan banyak cerita.
Kisah viral pun bermunculan seiring dengan bencana banjir yang masih melanda Ibu Kota.
Ada cerita haru biru proses evakuasi, cerita para korban banjir hingga cerita dari para relawan.
Satu di antara cerita viral itu datang dari sosial media Twitter soal keributan antara relawan banjir dengan pejabat daerah.
Dari tanggal yang tertera dalam postingan video, diketahui peristiwa itu terjadi di Wiswa Tajur, Ciledug, Kota Tangerang pada Jumat (3/1/2020).
Postingan itu berasal dari sebuah akun Twitter bernama @Oji4712.
Dalam video yang beredar, terlihat seorang pria berbaju biru dan bertopi tampak memarahi pria yang memakai baju merah.
Perdebatan itupun ditonton oleh banyak warga disekitarnya, bahkan terlihat pula anak kecil yang menyaksikan.
"Ini pak lurah di sini, semua perangkat pemerintah semua sudah di sini basah-basahan dari kemarin. Kamu siapa? Datang-datang bawa data doang enggak bawa alat bantuan," ujar pria berbaju biru yang diduga pejabat desa setempat.
Dalam video tersebut, pria berbaju biru menegaskan masyarakat membutuhkan bantuan logistik.
"Kita dari pagi sampai malam di sini, anda baru datang tidak bawa logistik apa-apa, kita butuh logistik, butuh pakaian," tegas pria berbaju biru itu.
Video yang beredar pun menjadi viral, bahkan hingga Minggu (5/1/2020), video tersebut sudah ditonton sebanyak 1.2 juta kali oleh warganet.
Dan juga mendapat 34.000 ribu retweet dan 36.000 like dari warganet Twitter.
Sosok pria yang diduga berasal dari pejabat desa ternyata adalah Camat Ciledug bernama Syarifudin.
Melihat respon masyarakat atas viralnya video tersebut, Syarifudin membuat video klarifikasi dan permintaan maaf melalui media sosial.
Video tersebut diposting oleh akun @tangerangkerenn di Instagram pada Sabtu (4/1/2020).
"Saya Syarifudin Camat Ciledug, menanggapi kejadian viral kemarin, saya secara pribadi dan institusi kecamatan ciledug meminta maaf atas miskomunikasi tersebut,"
"Karena kami memang saat itu dengan segala keterbatasan fokus dengan pemberian bantuan kepada warga yang terdampak banjir," ujar Syarifudin dalam video permintaan maafnya.
Ia juga menyampaikan rasa terimakasihnya kepada semua pihak yang telah membantu penanganan banjir.
"Kami menyampaikan terimakasih kepada warga relawan dan masyarakat dalam membantu penanganan banjir di wilayah kami, termasuk para TNI, Polri dan pihak lain," tuturnya.
Ia juga mengatakan terimakasih bagi mereka yang telah mengulurkan bantuannya kepada seluruh warga Kota Tangerang.
"Kita berdoa dan kembali menyatukan barisan, untuk membantu seluruh korban banjir. Serta, mempercepat proses pemulihan kondisi Kota Tangerang, sama-sama kita memberikan yang terbaik untuk warga Kota Tangerang," katanya.
Ditemui Tribunjakarta.com, Syarifudin pun menjelaskan kronologi kejadian tersebut dari sudut pandangnya.
Kronologi
Camat Ciledug, Syarifudin, yang kala itu sedang meninjau kawasan Wisma Tajur, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang hari Kamis (2/1/2020).
Saat ditemui di Komplek Kartika, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Syarifudin menjelaskan kronologis video viral dirinya membentak seorang relawan bernama Raja.
"Kronologisnya itu, saat evakuasi korban pada Kamis siang di Wisma Tajur, saya bertemu Raja yang mengatakan dirinya relawan dari Jakarta. Raja minta peralatan evakuasi mulai dari pengeras suara, lampu senter dan lainnya," kata Syarifudin, Sabtu (4/1/2020).
"Disitu saya bertanya, anda relawan bawa apa saja? Dia enggak bawa apa-apa, cuma bawa selembar kertas dan pulpen," sambung dia.
Kata Syarifudin, saat itu ia juga menerima informasi dari anggota Polsek Ciledug yang sebelumnya sudah menegur Raja atas aksinya di lokasi banjir tersebut.
Menurutnya, dalam situasi yang tak berbeda jauh, Syarifudin melihat Raja melakukan pendataan di depan warga.
" Disitu saya memang langsung menegurnya, karena ingin mengetahui aksi Raja tersebut atas perintah siapa. Sebagai pejabat wilayah, saya dan tim Basarnas saat itu bertanggungjawab penuh. Proses evakuasi dalam situasi banjir separah itu harus digerakan dalam satu komando," terang Syarifudin.
Camat Ciledug Tak Pernah Lihat Relawan Banjir
Dijelaskan Syarifudin, sebelum kejadian tersebut Ia bersama tim sudah di Wisma Tajur sejak Rabu pagi (1/1/2020).
Namun, Kamis Pagi (2/1/2020) Syarifudin meninggalkan Wisma Tajur untuk mengambil logistik bantuan di wilayah Kunciran Indah.
"Sejak hari pertama kejadian banjir saya tidak melihat sosok Raja, seharian saya di Wisma Tajur mengevakuasi warga, istirahat sebelum subuh pun saya masih salat di Wisma Tajur, disitu saya masih tak melihat Raja," aku Syarifudin.
Lanjutnya, ketika Syarifudin kembali ke Wisma Tajur siang hari, ia melihat Raja sibuk mengatur warga.
Informasi lainnya, saat Syarifudin tak di tempat, Raja memang ikut membantu masyarakat mengevakuasi korban dan barang-barang korban atas komando dirinya sendiri tanpa personel lapangan yang bertugas.
"Sudah hari kedua, semua mungkin sudah dalam kondisi lelah begitu juga dengan saya, hingga sempat tersulut emosi. Tidak ada niat saya menghalangi siapa pun untuk menjadi relawan," ucap Camat.
"Namun, dalam situasi tersebut semua harus dalam satu komando, sehingga semua tertangani dengan jelas dan by data," tegas Syarifudin.
Menurutnya, Raja hadir di lokasi kejadian hanya membawa diri, tanpa membawa peralatan evakuasi atau logistik.
"Dari penglihatan semua itulah yang saya takuti, ada satu pihak yang membuat situasi tak nyaman bagi seluruh personel yang ada di lapangan sejak hari pertama," ujar Syarifudin.
(Tribunnews.com/Maliana/ Tribunjakarta.com/Ega Alfreda)