TRIBUNNEWS.COM -- Publik Indonesia tengah digegerkan dengan keberadaan kerajaan baru yang dinamai Kanjeng Agung Sejagat Purworejo.
Betapa tidak, sang pemimpin kerajaan, Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat - Kanjeng Ratu Dyah Gitarja mengklaim menguasai seluruh dunia.
Keduanya juga mengklaim jika merupakan pewaris takhta Majapahit.
Kerajaan mereka terletak di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo.
Di lokasi keraton agung sejagat yang mereka sebut sebagai "keraton", Totok dan pengikutnya kerap menggelar acara "acara" kerajaan.
Baca: Muncul Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Warga dan Tokoh Setempat Kompak Menolak: Kami Takut
Baca: Cerita Mantan Pengikut Keraton Agung Sejagat, Bayar Seragam Rp 3 Juta, Dijanjikan Dolar AS
Baca: Klaim Kuasai Dunia, Keraton Agung Sejagat Buat Heboh, Pengamat Sebut Fenomena yang Sering Terjadi
Menilik dari sejarah, memang ada hubungan antara nama Dyah Gitarja dengan Majahapit.
Dyah Gitarja merupakan ibunda dari raja Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk yang memimpin Majapahit pada periode 1350-1389 itu membawa kerajaannya ke masa keemasan.
Dyah Gitarja bersuamikan Cakradhara yang kemudian bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel.
Sebelum Hayam Wuruk naik takhta, Dyah Gitarja, adalah Ratu Majapahit yang dikenal dengan nama Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Selain ibunda raja terbesar Majapahit, Dyah Gitarja juga merupakan anak pendiri kerajaan tersebut, Raden Wijaya.
Tribhuwana jadi Ratu Majapahit setelah kakaknya, Jayanagara meninggal tanpa punya keturunan pada 1328.
Mengutip dari Wikipedia, Tribhuwana turun takhta pada 1350 bersamaan dengan meninggalnya sang ibu, Gayatri.
Selain istri Raden Wijaya, Gayatri adalah putri bungsu Sri Maharaja Kertanegara, raja terakhir Singhasari.
Sumpah Palapa
Pada masa Tribhuwana memimpin Majapahit, banyak peristiwa penting yang terjadi.
Sebagai seorang ratu, Tribhuwana pernah menjadi panglima dalam penumpasan pemberontakan daerah Sadeng dan Keta.
Kala itu, Tribhuwana didampingi sepupunya, Adityawarman.
Pada masa Majapahit di bawah kekuasaan Tribhuwana pulalah, Gajah Mada mengucap sumpah terkenalnya, Sumpah Palapa.
Di masa pemerintahan Dyah Gitarja itu pulalah, Majapahit mulai memperluas wilayahnya sebagai upaya mewujudkan Sumpah Palapa Gajah Mada.
Saat Tribhuwana Wijayatunggadewi digantikan putranya, Hayam Wuruk, perluasan Majapahit terus dilakukan.
Namun Gajah Mada lalu disusul Hayam Wuruk meninggal dunia, kerajaan terbesar di Nusantara itu pun meredup hingga keruntuhannya di 1478.
Kini nama Dyah Gitarja menghebohkan jagat maya Indonesia di mana ia bersama suaminya, Totok Santoso Hadiningrat mengklaim sebagai keturunan Majapahit.
Berdasarkan informasi mereka telah memiliki 425 orang pengikut.
Bikin Heboh Jogja
Sebelum bikin geger dengan Kerajaan Keraton Agung Sejagat, Totok ternyata pernah "berulah" beberapa tahun silam.
Dilansir tribunjogja.com, Totok merupakan Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia Wilayah Nusantara Jogja Development Commitee (DEC).
DEC merupakan organisasi yang kala itu disebut-sebut mirip dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Pada koferensi pers di Ndalem Pujokusuman, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta Jumat (11/3/2016) silam, Totok menjanjikan bakal memberi 100-200 dolar Amerika Serikat (AS) ke tiap anggotanya.
Dana kemanusiaan itu, lanjut Totok, disalurkan melalui koperasi yang akan dibentuk.
Totok menyebut, dana itu berasal dari lembaga keuangan tunggal dunia yang bernama Esa Monetary Fund.
Lembaga yang disebut Totok punya uang tak terbatas itu berpusat di Swiss.
"Namun semua program tadi akan kami mulai tahun 2017 nanti karena sekarang masih dalam proses perizinan," kata dia kala itu.
Dilanjutkannya, untuk mempermudah penyaluran, DEC menargetkan akan mendirikan koperasi di tiap desa di DIY.
Totok juga mengklaim jika telah lebih dari 10 ribu orang yang mendaftar.
Mereka menargetkan bisa merekrut 500 ribu anggota hingga nanti menjalankan program pada tahun 2017.
Tak Jelas
Namun apa yang dijanjikan Totok dan DEC tak juga jelas.
Di akhir 2017, mengutip dari pemberitaan pitunews.com, sejumlah anggota Jogja DEC justru mengaku kecewa dan mundur teratur dari kepengurusan organisasi.
Namun demikian, masih ada anggota yang tetap bertahan jadi pengurus organisasi itu.
Alasan banyaknya pengurus yang mundur karena ketidakjelasan mengenai biaya.
Tiap kegiatan, seperti yang dikatakan pengurus yang tak mau namanya disebutkan, ia harus bayar sendiri.
Bukan hanya untuk kegiatan, namun juga ada setoran ini dan itu. (Galih Pujo Asmoro)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Keraton Agung Sejagat Purworejo: Nama Istri Totok Santoso Adalah Nama Ibunda Raja Terbesar Nusantara