TRIBUNNEWS.COM - Setelah sempat membuat masyarakat heboh, pihak kepolisian akhirnya menangkap Raja beserta istri dari Kerajaan Agung Sejagat.
Pimpinan Kerajaan yang dijuluki Sinuhun Totok Santosa, diamankan kepolisian bersama sang istri Fanni Aminadia padaa Selasa (14/1/2020) petang.
Pimpinan dari kerajaan yang berpusat di Desa Pogung Juru tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo itu diamankan oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Dilansir Kompas.com, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Iskandar Fitriana Sutisna mengatakan, keduanya diciduk karena diduga menyebarkan berita bohong.
"Dugaan sementara pelaku melakukan perbuatan melanggar pasal 14 UU RI No.1 th 1946 tentang peraturan hukum pidana terkait penipuan," jelas Iskandar.
Akibatnya, dua orang pimpinan kerajaan tersebut terancam mendapat hukuman maksimal 10 tahun.
Kepolisian juga telah menyita sejumlah dokumen, satu diantaranya dokumen yang berisikan perekrutan anggota kerajaan tersebut.
Saat Totok serta istrinya ditangkap kepolsian, banyak masyarakat yang turut penasaran dan berkerumun untuk menonton.
Detik-detik penangkapan Totok serta istrinya terekam oleh kamera seperti diberitakan TribunJateng.
Banyak masyarakat yang turut mengambil video proses penangkapan tersebut.
Fanni Aminadia tampak mengenakan baju berwarna hitam dan berjalan dengan tenang saat diamankan.
Sementara Totok tampak mengenakan baju kemeja berwana putih.
Keduanya diamankan oleh polisi saat dalam perjalanan ke markas Keraton Agung Sejagat.
Sinuhun sebelumnya akan mengajak awak media untuk berbincan-bincang.
Saat ini keduanya dibawa ke Mapolres Purworejo untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengimbau agar keberadaan kerajaan tersebut tidak membuat resah masyarakat.
Ganjar meminta agar pimpinan diajak untuk dialog secara baik-baik.
"Jadi pendirinya, orang-orang disitu ditanyain kamu itu maunya seperti apa, gitu," tutur Ganjar dikutip TribunJogja.com.
"Ya ngobrol sambil ngopi-ngopi dan makan clorot atau geblek. Nanti Kan sambil ngopi diajak ngomong 'piye pak raja?' gitu kan enak," katanya.
Jika dilihat dari atribut serta perlengkapan yang digunakan pada saat deklarasi lalu, Ganjar menduga ada seseorang yang membiayai kerajaan tersebut.
"Daripada untuk membiayai sesuatu yang menimbulkan banyak pertanyaan orang, mungkin bisa dijadikan untuk membangun desanya."
"Itu bisa dijadikan festival desa yang menarik, yang unik, itu kan malah lebih bagus," katanya sambil tertawa.
Sebelumnya diberitakan Masyrakat Purworejo dihebohkan dengan munculnya Kerajaan Agung Sejagat (KAS) di Purworejo.
Pimpinan Kerajaan Agung Sejagat (KAS) Purworejo ini dipanggil Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitaraja.
Kerajaan ini mengklaim beberapa hal, diantaranya bahkan mengklaim memiliki kekuasaan di seluruh di dunia.
Dilaporkan TribunJateng, mereka mempunyai bangunan layaknya keraton pada umumnya dan bahkan memiliki batu yang dianggap sebagai prasati.
Bangunan tersebut berada di Desa Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo.
Layaknya sebuah kerajaan, pada Minggu (12/1/2020), para anggota kerajaan ini berkumpul dengan atribut seperti abdi kerajaan pada umumnya.
Mereka berjalan untuk medeklarasikan diri mengenai keberadaan mereka.
Kemunculan Kerajaan Agung Sejagat tersebut turut menghebohkan jagad media sosial.
Dari video yang beredar di media sosial, sang pimpinan Totok mengatakan ia merupakan Rangkai Mataram Agung.
"Kami muncul menunaikan janji 500 tahun runtuhnya kerjaan Majapahit pada tahun 1518," kata Totok dalam jumpa pers Minggu (12/1/2020).
Ia mengkalim pengikutnya berjumlah 450 orang dan terus bertambah.
Bahkan kerjaan itu mengklaim memiliki kekuasan meliputi seluruh dunia, karenanya berhak mengubah sistem politik global.
"Kita umumkan pada dunia, bahwa Keraton Agung Sejagat sebagai induk daripada seluruh Kingdom State Tribune Koloni yang ada di seluruh dunia ini, menyatakan sebagai juru damai terhadap konflik yang terjadi di seluruh dunia," ungkapnya.
Totok menyebut strategi untuk memberikan perdamaian dunia, yakni dengan memperbaiki sistem dalam skala global.
"Dengan memperbaiki sistem kedaulatan, sistem bernegara, sistem ekonomi, dan moneter secara global," ucap Totok.
(Tribunnews.com/Tio, TribunJateng/Permata Putra, Kompas.com/Riska, TribunJogja/Andreas)