News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Puluhan Hektar Tanaman Cabai Milik Petani di Karangasem Gagal Panen, Diserang Virus Kuning

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani cabai asal Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, terlihat memetik cabai rawit di lahannya, Selasa (14/1/2020) kemarin. Petani cabai mengeluh lantaran tanamannya diserang virus kuning. Puluhan Hektare Cabai di Karangasem Diserang Virus Kuning, Petani Gagal Panen Sejak Awal 2020

TRIBUNNEWS.COM, KARANGASEM - Petani cabai rawit di Karangasem mengeluh lantaran gagal panen hingga puluhan hektare.

Mereka di Muncan, Kecamatan Selat, beberapa desa di Sidemen, serta sekitar Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem.

Ni Komang Muliati, petani cabai asal Bungaya menjelaskan, petani gagal panen sejak awal 2020.

Tiba-tiba cabai membusuk, daunnya rontok, namun batang cabai segar.

Padahal  petani hanya beberapa kali  memanen.

“Karena kondisi cabai rusak, terpaksa dipanen lebih awal,” jelas Muliati, Rabu (15/1/2020).

Wanita asal Bungaya itu mengatakan, petani terpaksa panen cabai yang warna hijau.

Langkah itu ditempuh untuk meminimalisir kerugian.

Biasanya, harga cabai rawit hijau sekitar Rp 40 ribu per kilogram.

Sedangkan yang merah sekitar Rp 60 ribu per kilogram.

 

“Banyak petani yang gagal panen, sampai belasan orang. Pemicunya karena cuaca yang terus berubah. Dari kemarau ke hujan," tambah Ni Komang Muliati.

Dia berharap, cuaca segera berubah, sehingga petani tidak rugi banyak.

Rata-rata petani baru memanen cabai 3 sampai 5 kali.

Informasi di lapangan, petani di Muncan dan Sidemen mengeluhkan kondisi sama.

Cuaca buruk dengan curah hujan tinggi dan tak menentu membuat puluhan hektare tanaman cabai rusak dan membusuk sebelum panen.

Petani tidak mengerti dengan kondisi tanaman cabai tersebut.

“Rata-rata tanaman rusak. Buahnya tiba-tiba membusuk. Apa penyebabnya saya tidak tahu. Apa dikarenakan pergantian musim atau kurang pupuk saya nggak tahu," ungkap Ni Wayan Sadi, petani asal Selat.

Kabid Holikultura, Dinas Pertanian Karangasem, Putu Suarjana membenarkan, banyak cabai rusak dan busuk. 

 

Kerusakan itu dipicu karena pohon terserang virus kuning.

Biasanya virus ini muncul saat cuaca berubah.

Seperti sekarang cuaca hujan, tiba-tiba berubah panas, begitu juga sebaliknya.

“Tanaman yang diserang virus rata-rata sudah beberapa kali panen, dan menghasilkan. Tanaman yang diserang sudah tua."

"Dari produktivitas tak ada kendala. Tanaman cabai sudah peralihan ke tanaman padi. Kerugiannya tak begitu banyak,” kata Suarjana.

Menurutnya, lahan cabai yang diserang virus kuning mencapai puluhan hektare.

Rinciannya di Kecamatan Selat sekitar 2 hektare, Sidemen 22 hektare, dan di Bungaya sebanyak 2 hektare lebih.

Ada beberapa petani yang masih membiarkan tanaman karena harga cabai msih cukup mahal.

Untuk diketahui, harga cabai di petani per kilogram sekitar Rp 40 ribu.

Sedangkan harga di tingkat pedagang pasar berkisar Rp 60 ribu per kg.

Sayangnya, permintaan cabai sekarang mengalami penurunan karena harga masih mahal. (*)


Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Puluhan Hektare Cabai di Karangasem Diserang Virus Kuning, Petani Gagal Panen Sejak Awal 2020, https://bali.tribunnews.com/2020/01/16/puluhan-hektare-cabai-di-karangasem-diserang-virus-kuning-petani-gagal-panen-sejak-awal-2020?page=all.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini