“Dan yang paling penting, kami tidak pernah menarik atau meminta iuran abdi, kami tidak menjanjikan dan tidak memaksakan pada abdi atau masyarakat," imbuhnya.
Kasultanan Keraton Pajang ini sudah eksis selama 12 tahun belakangan ini, dan hanya bergerak di bidang kebudayaan.
“Memang saya mendapat mandat sebagai Sultan untuk nguri-uri budaya Keraton Pajang,” jelasnya.
Ada tujuh kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun, yakni Peringatan Malam 1 Suro, Kirab Pusoko, Jumenengan Keraton Pajang, Napak Tilas Joko Tingkir, Haul Joko Tingkir, Wilujengan dan Syawalan.
Jumlah pengageng keraton, abdi dalem atau kerabat sekitar 5000 orang lebih yang tersebar di Sukoharjo, Malang, Surabaya, Lamongan, Gresik, Magetan, dan Wonogiri.
Dari silsilah sendiri, Suradi mengklaim sebagai keturunan trah Ki Ageng Turus, yakni saudara Kebo Kanigoro, ayah dari Joko Tingkir, Raja Pertama Kerajaan Pajang.
Kegiatan yang baru saja dilakukan Kasultanan Keraton Pajang adalah peresmian Masjid Agung Suro Jiwan.
Seusai merampungkan masjid, ada dua pembangunan fisik yang akan dilakukan yakni pembangunan Keraton dan Paseban.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Makamhaji Agus Purwanto, mengatakan kegiatan di Kasultanan Keraton Pajang aman dan tidak melenceng.
“Setiap kegiatan diketahui warga sekitar, saya melihat kegiatannya masih wajar yakni kegiatan keagamaan dan kebudayaan.”
“Kegiatan yang baru saja dilakukan kemarin meresmikan Masjid, yang dihadiri sejumlah pejabat Kabupaten Sukoharjo,” Kata Agus. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul "Ramai soal Kraton Palsu, Kraton di Solo ini 'Baru' Didirikan Tahun 2008, Tapi Diakui Pemerintah"