Setibanya di bandara, ia harus menjalani pengecekan kesehatan, yaitu pengecekan suhu badan dan pengecekan tekanan darah.
"Banyak sekali yang pulang, hampir setengahnya berisi orang Indonesia yang berkuliah di China. Tidak hanya di China saja pengecekan juga dilakukan saat transit di Bangkok, Thailand," katanya.
Ketika Virus Corona menyebar, dirinya mulai was-was saat keluar asrama untuk membeli bahan-bahan makanan atau hanya sekedar melepas penat dari kegiatan perkuliahan.
"Saya mendapatkan beasiswa tetapi yang ditanggung hanya biaya kuliah dan asrama saja kalau untuk makan ya dikirim orangtua," ucapnya dengan tawa.
Namun saat liburan musim dingin seperti saat ini, dirinya magang atau mencari pekerjaan untuk mengisi waktu libur sekaligus untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
"Untuk makanan ya sudah terbiasa dan di sana juga ada yang menyediakan makanan khusus makanan halal," imbuhnya.
Dirinya belum mengetahui kapan dirinya kembali melanjutkan kuliahnya di China, karena hingga sekarang belum ada informasi pasti kapan perkuliahan dimulai kembali.
"Infonya kan tanggal 17 Februari masuk kuliah, tetapi kalau ada kejadian seperti ini belum tahu akan masuk kapan. Masih menunggu informasi," ujarnya.
Ibu Arif, Maryatun merasa lega anaknya bisa pulang ke rumah dengan keadaan sehat dan bisa berkumpul bersama keluarga kembali.
"Seneng bisa pulang, Alhamdulillah sehat," pungkasnya.
(Tribunjogja.com/Wisang Seto Pangaribowo)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Khawatir Virus Corona, Mahasiswa Asal Gunungkidul yang Kuliah di China Pulang ke Kampung Halaman.