TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria terpaksa tinggal di sebuah goa karena tidak mempunyai rumah.
Pria paruh baya bernama La Udu (50), telah tinggal di goa selama 10 tahun lamanya karena tidak mau menyusahkan keluarganya.
Warga kota Baubau, Sulawesi Tenggara tersebut hidup sebatang kara untuk tinggal di goa.
Berikut beberapa fakta yang dirangkum Tribunnews dari KompasTV dan Kompas.com, mengenai kisah La Udu:
1. Sepuluh Tahun Tinggal di Goa
La Udu memilih tinggal di goa karena ia tidak mempunyai rumah.
Selain itu, La Udu mengaku tidak mau menyusahkan keluargaya, sehingga ia terpaksa tidur dan tinggal di sebuah goa di pinggir pantai.
Sebelumnya, ia mengaku pernah tinggal bersama keluarganya yakni ayah dan ibunya.
Setelah sepeninggalan kedua orang tuanya, ia pun tinggal bersama saudaranya yakni sang kakak.
Namun, karena saudaranya telah menikah, ia akhirnya memutuskan untuk tinggal di sebuah goa agar tak menyusahkan.
2. Lokasi Goa Berada di Bawah Tebing Bebatuan
Adapun lokasi goa yang ditinggali La Udu berada di wilayah tepi pantai Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau.
Ia tinggal tepat di bawah tebing dengan ketinggian sekitar 100 meter dari jalan utama.
Untuk menuju ke goa tempat tinggal La Udu, dapat ditempuh dengan menggunakan perahu sampan.
Di atas goa yang ia tinggali tersebut banyak terdapat tanaman liar yang tumbuh di batu cadas.
Bahkan saat ditanya, ia mengaku kedinginan dan terkadang merasa takut tinggal sendirian, jauh dari warga dan kerabatnya.
Namun, tak ada jalan lain lantaran dirinya tidak mempunyai rumah untuk tempat tinggal.
“Kalau malam dingin sekali. Takut (sendiri), tapi mau bagaimana lagi. Kalau air laut pasang, saya masuk ke dalam lagi,” ujar La Udu
3. Tempat Tidur La Udu Hanya Beralaskan Papan Pecahan Perahu
Hingga 10 tahun, setiap harinya La Udu terpaksa tidur beralaskan pecahan perahu.
Tempat tidurnya pun berada di sela bebatuan.
Goa tempat ia tinggal sangat dekat dengan laut.
Bila air pasang, maka air laut pun mendekati tempat tidurnya tersebut.
“Kalau malam dingin sekali. Takut (sendiri), tapi mau bagaimana lagi. Kalau air laut pasang, saya masuk ke dalam lagi,” ujar La Udu, dilansir Kompas.com, Selasa (4/2/2020).
4. Setiap Hari Makan Ubi dan Kasoami
La Udu yang hidup sebatang kara tersebut berusaha mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Ia mengatakan bahwa untuk mencukupi kebutuhan pangannya, ia harus mencari ikan untuk dijual.
Selain itu, La Udu mengaku setiap harinya ia terpaksa memakan ubi dan kasoami.
Kasoami merupakan makanan tradisional Buton berbahan utama singkong (ketela pohon atau ubi kayu).
Kasoami diolah dengan cara mengukus parutan singkong yang sudah dikeringkan.
Adapun dalam memasak kasoami, La Udu membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
“Makan, makan ubi, dan kasoami, mencari ikan juga. Hasilnya juga dijual, tapi tidak banyak,” kata La Udu.
5. Mendapat Rumah Layak dari Pemerintah Daerah (Pemda)
Setelah mendapat informasi dari warga, petugas Bhabinkamtibmas Kadolomoko Polsek Kokalukuna dan Babinsa Kadolomoko beranjak mensurvei tempat tinggal La Udu.
Bhabinkamtibmas Kadolomoko Brigpol Rabodding mengatakan pihaknya bersama Babinsa Kadolomoko akan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan pemerintah daerah.
Hal ini untuk membicarakan agar La Udu bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak.
“Saya bersama Babinsa Kadolomoko akan berkoordinasi langsung dengan pemda terkait maupun dengan tokoh masyarakat dengan tujuan mencarikan lokasi terhadap La Udu ini,” kata Rabodding.
Sementara Pemda Kota Baubau, Sulawesi Tenggara menanggapi laporan tersebut, kini merencanakan akan membuatkan rumah layak untuk tempat tinggal La Udu.
“Nanti Dinas Perumahan akan menyiapkan untuk bedah rumah dengan membangunkan rumah yang sederhana. Kita akan dekatkan dengan laut sebagai mata pencariannya,” kata AS Thamrin, Wali Kota Baubau saat mengunjungi La Udu di dalam goanya.
6. La Udu akan Dipekerjakan Menjadi Petugas Kebersihan
Selain memberi rumah sebagai tempat tinggal, Pemda juga akan memberikan kesempatan bekerja kepada La Udu untuk menjadi petugas kebersihan di Dinas Kebersihan.
La Udu akan bekerja sebagai penyapu jalanan, sehingga dapat menerima gaji setiap bulannya.
Tak hanya itu, Kepala Dinas Sosial juga akan memberikan makanan seperti beras dan mi serta tikar untuk kebutuhan sementara.
Namun, Wali Kota Baubau AS Thamrin mengingatkan agar La Udu juga mebuka diri untuk berinteraksi dengan masyarakat.
"Tapi kembali lagi dari Pak La Udu, semangatnya juga harus ada untuk berinteraksi dengan masyarakat lain,” ujar AS Thamrin.
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)