Barangkali, ada sesuatu di balik tanah itu.
Pun ketika ada sampah berserak, mereka menyingkirkannya. Siapa tahu, ada yang tertutupi di sana.
Hingga sekitar sejam mencari, saat letih dan mulai frustasi, Giyo, seorang anggota tim menemukan sepasang sandal yang tertutup rerumputan.
Ia spontan mengangkat sandal itu, namun seketika ditegur teman-temannya yang lain.
Sentuhan tangannya dikhawatirkan meninggalkan sidik jari.
Pria itu pun ketakutan, hingga melepas sandal itu kembali.
Lalu meminta teman-temannya jadi saksi, jika dia nanti dicecar polisi.
"Benar-benar takut itu, terus dilepas lagi sandalnya,"katanya
Temuan sepasang sandal itu semakin menguatkan kecurigaan mereka terkait jejak korban di lokasi itu.
Hingga beberapa saat kemudian, mereka menemukan sesuatu mencurigakan.
Di antara deretan tanaman singkong di pematang, ada satu tanaman yang tercerabut hingga lahan itu terlihat bersela.
Di situ ada timbunan sampah dan dedaunan kering.
Tidak jauh darinya ada sarang lebah madu yang dipelihara KR.
Limbah kulit durian dan beberapa butir biji ditemukan berserak di tempat itu.
Mereka menyingkap timbunan sampah itu, hingga terlihat lengan korban.
Saat itu, mereka berani memastikannya adalah sesosok mayat.
Tetapi tim itu tak berani mengangkat korban.
Mereka sangat hati-hati karena siapa tahu itu hasil tindak kriminal.
Warga hanya menjaga tempat keberadaan korban, sembari menunggu polisi datang.
"Cuma ditungguin, gak berani ngangkat. Polisi datang setengah jam kemudian,"katanya
Nijo pun heran, korban ditemukan di tempat itu.
Padahal lahan sudah lebih dari sepuluh kali dijamah tim saat pencarian mulai hari pertama.
Bahkan, ada anggota tim yang mengaku sempat duduk rehat di sisi tempat korban ditemukan semasa pencarian.
Jika saja tidak ada petunjuk dari bau busuk, bisa jadi jasad korban belum ditemukan.
Setengah jam kemudian, polisi datang untuk mengevakuasi korban.
Nijo pun mengaku sempat mengirim gambar penemuan korban ke KR yang pergi dari rumah usai kejadian.
Tetapi saat itu ia tak memasang curiga.
Ia justru meminta KR pulang untuk menepis kecurigaan warga.
Sebab penemuan itu berada di kebun keluarganya.
Dia pula yang diketahui terakhir sempat bertemu korban.
KR akhirnya pulang, beberapa jam sebelum jenazah datang dari RSUD Margono Purwokerto.
Ia pun ikut mendekat bersama warga lain, saat jenazah tiba di rumah duka.
"Dia takutnya dituduh karena korban ditemukan di kebunnya. Saya juga gak curiga saat itu, "katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunbanyumas.com dengan judul Kisah di Balik Penemuan Korban Pembunuhan di Sigaluh: Saat Tim Putus Asa, Terdengar Suara Memanggil