Tanggapan Ahli dan Pemerhati Cagar Budaya
Dosen Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Andi Putranto, memandang soal sisa permen karet yang ada di Candi Borobudur sebagai masalah yang sama yang dihadapi oleh cagar budaya di berbagai negara lain.
Keberadaaan sisa permen karet ini adalah dampak dari kegiatan wisata.
"Sisa permen karet termasuk dalam kategori garbage (sampah) yang juga menjadi problem yang dihadapi situs cagar budaya lain di berbagai negara sebagai bagian dari impact atau dampak dari kegiatan wisata," kata Andi, Minggu (16/2/2020).
Dikatakan Andi, sisa permen karet ini mesti segera dibersihkan karena menyangkut masalah estetik yang bisa mengotori permukaan batuan candi dan jika tidak segera dibersihkan bisa bersifat permanen.
Sisa permen karet ini termasuk material yang memerlukan waktu cukup lama untuk terurai di tanah, apalagi jika menempel di batuan.
Proses pembersihan sisa permen karet ini pun mesti dilakukan secara hati-hati, apalagi permen karet yang sudah mengeras.
Sifat material permen karet yang lengket jika menempel pada batuan candi yang telah rapuh dapat berpotensi menimbulkan keausan pada permukaan batuan.
"Masalah estetika yang bisa mengotori permukaan batuan candi dan bisa bersifat permanen jika tidak segera dibersihkan. Dalam proses pembersihannya pun memang harus dilakukan berhati-hati terutama jika sudah mengeras. Sifat material permen karet yang lengket jika menempel pada batuan candi yang telah rapuh dapat berpotensi menimbulkan keausan pada permukaan batuan, meskipun secara mikro," tuturnya.
Andi menambahkan, edukasi perlu selalu dilakukan, khususnya kepada pengunjung yang berkunjung ke Candi Borobudur.
Tak hanya di Candi Borobudur saja, tetapi juga di situs cagar budaya lain. Pengunjung harus patuh pada tata tertib dan selalu senantiasa menjaga kebersihan situs.
"Edukasi perlu selalu dilakukan khususnya terhadap pengunjung di Candi Borobudur maupun situs cagar budaya lainnya untuk selalu menjaga kebersihan situs dan menaati peraturan atau tata tertib yang telah disusun," tuturnya.
Sementara itu, Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Jhohannes Marbun, mengatakan, adanya noda permen karet ini disebabkan oleh perilaku wisatawan yang tidak terkendali.
Baca: RSUD Bangka Belitung Isolasi 1 Pasien Suspect Virus Corona, Demam setelah dari Singapura
Baca: Kak Seto Harap Lebih Banyak Wilayah Melakukan Sparta
Permen karet ini hanya satu di antara yang beberapa lainnya.