"Saya bilang, kami tidak ada dana lagi, kemana mau tranfusi darah dan pengobatan Fikri, buk. Kami tidak tidak ada," cerita Reni.
Pihak rumah sakit memberikan surat keterangan yang menyatakan sakit Fikri, yang kemudian digunakan Reni bersama suami untuk mencari donatur.
"Surat itulah yang kami bawa ke kantor-kantor, ke Basnas, hingga ke Dinas Sosial Kota Padang. Allhamdulillah Dinas Sosial memberi keterangan bahwa Fikri ditanggung biasa berobatnya," ungkap Reni.
Dengan bantuan Dinsoslah, akhirnya Fikri bisa melanjutkan pengobatan berupa kemoterapi.
Selama setahun Fikri menjalani kemoterapi dengan diisolasi di rumah sakit, selama setahun juga dirinya nginap di rumah sakit menemani sang anak.
Pada tahun kedua kemotetapi dilakukan dengan pengobatan rawat jalan, setiap sebulan dirinya membawa Fikri ke rumah sakit.
"Tahun kedua bolak balik dari rumah ke rumah sakit, bulan pertama 3 hari di rumah seminggu di rumah sakit. Semakin lama semakin berjarak, hingga selesai di kemoterapo bulan Juni 2014," ungkapnya.
Setelah dikemoterapi selama dua tahun, Fikri diwajibkan lakukan pencekan darah selama lima tahun.
"Dokter anak bilang kalau sudah lewat lima tahun, boleh cek darah boleh tidak. Hasil cek darah, Fikri sudah normal lagi, Allahamdulillah," ungkapnya.
Sejak selesai dikemoterapi, Reni mewajibkan anaknya meminum jus wartel campur jeruk dan tomat setiap harinya.
"Selesai kemo, minum jus wartel, jeruk dan tomat, setiap haris saya kasih 500 Ml dan harus habis," tambahnya.
Reni juga mengatakan dirinya menekan pada anaknya untuk menjaga kesehatannya.
Selain itu, selama pengobatan Fikri juga rutin minum air rebusan daun sirsak setiap harinya.
"10 lembar daun sirsak dengan tiga gelas air direbus untuk dijadikan 1 gelas, setiap hari minum, dibarengi dengan kemo," ungkapnya.