TRIBUNNEWS.COM - Polisi telah menahan 3 orang berinisial IYA, R, DS, yang ditetapkan menjadi tersangka dalam tragedi susur Sungai Sempor yang terjadi pada Jumat (21/2/2020) lalu.
Penahanan tersebut dilakukan setelah pihak kepolisian mendapat bukti-bukti yang cukup.
Wakapolres Sleman, Kompol Kasim Akbar Bantilan mengatakan, tiga orang yang menjadi pembina pramuka SMPN 1 Turi itu tak memiliki persiapan untuk mengadakan kegiatan susur sungai.
Sebab, ketiganya tak mempertimbangkan cuaca yang saat itu diketahui tengah mendung.
"Ketiga pembina ini sama sekali tidak ada kesiapan, sementara gejala alam sudah terbaca, cuaca mendung, dan ada tanda gerimis, dan siswa hanya bisa menurut," ujar Akbar, dikutip dari TribunJogja.com, Selasa (25/2/2020).
Baca: Kisah Mbah Sudiro, Kakek 71 Tahun Pertaruhkan Nyawa Selamatkan Siswa SMPN 1 Turi, Ikut Terseret Arus
Baca: Tersangka Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi Minta Maaf, Tertunduk Sambil Bawa Tasbih
Ia mengungkapkan, ketiga tersangka telah mempunyai sertifikat kepramukaan.
"Ketiganya punya sertifikat dalam hal kepramukaan, tapi kesiapan itu yang tidak dipikirkan dan berdampak pada siswa-siswi," jelasnya.
Menurut Akbar, hanya empat pembina yang mendampingi 249 siswa SMPN 1 Turi saat kegiatan susur sungai berlangsung.
Sementara, ketiga tersangka saat itu tak ikut mendampingi di lokasi.
"Bisa dibayangkan 200-an siswa hanya diampu empat pembina," katanya.
Akbar berujar, pihaknya juga akan memeriksa kepala sekolah SMPN 1 Turi untuk dimintai keterangan.
Keberadaan 3 Tersangka
Wakapolres Sleman, Kompol M Kasim Akbar Bantilan, mengatakan IYA meninggalkan para siswa dengan alasan untuk transfer uang.
"Yang bersangkutan IYA tidak ikut turun (mendampingi siswa susur sungai)," ujar Kasim dalam jumpa pers, Selasa (25/2/2020), dikutip dari Kompas.com.
"Yang bersangkutan pergi karena ada urusan yang dikerjakan. Jadi yang bersangkutan ada keperluan mentransfer uang di bank," jelasnya.
Lalu, untuk dua tersangka lainnya, R dan DS juga tidak ikut turun ke Sungai Sempor.
Saat itu, R berada di sekolah untuk menjaga barang-barang siswa.
Baca: Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Mengaku Lalai dan Menyesal, Siap Terima Risikonya
Baca: Tangis Sesal Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman Mohon Maaf Keluarga Korban Susur Sungai: Kami Lalai
Sementara, DS saat kegiatan susur sungai menunggu di finish.
"Para siswa-siswi ini jalan hanya diampu oleh empat pembina," tambahnya.
Kasim menyebut, IYA kembali ke sungai saat tragedi maut itu telah terjadi.
"Ya kembalinya ya setelah kejadian. Setelah kejadian baru ikut gabung melakukan langkah-langkah pertolongan dan lain-lain," ungkapnya.
Ia mengatakan pembina-pembina yang mendampingi para siswa juga turut terseret banjir Sungai Sempor.
"Pembina-pembina yang dewasa tersebut yang seharusnya melindungi, menjaga ikut terseret sampai 50 meter."
"Mengurus diri sendiri saja tidak bisa apalagi membawa 249 siswa siswi," katanya.
Permintaan Maaf Tersangka
IYA mengaku menyesal atas tragedi susur Sungai Sempor yang menewaskan 10 siswa.
Dirinya meminta maaf kepada seluruh pihak sekolah dan korban atas peristiwa nahas tersebut.
"Pertama, saya mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada instansi saya, SMP Negeri 1 Turi, karena atas kelalaian kami terjadi hal seperti ini," ujar IYA di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020), dikutip dari Kompas.com.
IYA pun menangis saat mengucapkan permohonan maafnya itu.
Baca: Cerita Korban Selamat Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi: Siswa Tolak Perintah Kakak Pembina
Baca: UPDATE Kasus Susur Sungai SMPN 1 Turi Sleman: Identitas Tiga Tersangka hingga Alasan Tak di Lokasi
Ia berharap keluarga korban dapat memaafkan segala kesalahannya.
"Kedua, kami sangat menyesal dan memohon maaf kepada keluarga korban, terutama keluarga korban yang sudah meninggal," ungkap IYA.
"Semoga keluarga korban bisa memaafkan kesalahan-kesalahan kami," lanjutnya.
Pembina pramuka yang juga sebagai guru olahraga ini berujar, akan menghadapi proses hukum yang berjalan.
"Ini sudah menjadi resiko kami sehingga apa pun yang nanti menjadi keputusan akan kami terima," imbuh IYA.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJogja.com/Santo Ari) (Kompas.com/Wijaya Kusuma)