Setelah ayah dan neneknya makan, Aan pamit menuju tempatnya bekerja sebagai pengrajin batu bata.
Bekerja mengeringkan batu bata setengah hari, sesekali Aan menyeka keringat demi diupah 30 ribu untuk biaya sekolah dan kebutuhan keluarga. Untuk makan, Aan mengandalkan pemberian dari pemilik usaha batu bata.
"Aan anaknya rajin dan telaten, dia mampu menjemur batu bata sebanyak 7.000 hingga 10.000 dalam setengah hari."
"Kadang jika Aan menjemur lebih dari biasanya terpaksa saya harus berhutang upah kepada Aan jika pesanan batu bata belum dibayar pelanggan," ungkap Ancu, Bos Aan.
Seharian sekolah, merawat ayah dan nenek, serta bekerja di pabrik batu bata, peluh Aan diacuhkan untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Ingin Jadi Tentara atau Polisi
Aan Bocah SD di Sulawesi Selatan, sembari sekolah dan mencari uang tetap dijalankan tanpa kenal lelah.
"Capek. Namun untuk biaya sekolah dan kebutuhan keluarga, sakit dan peluh terbiasa. Saya juga akan menabung demi mengejar cita-cita menjadi tentara dan polisi," lirih Aan sambil menyeka keringat.
Walau mendapatkan bantuan beras sejahtera, tapi keluarga Aan tidak pernah mendapatkan bantuan biaya perawatan dari Pemerintah Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Aan Siswa Kelas 5 SD yang Jadi Tulang Punggung Keluarga, Rawat Ayah dan Nenek",