TRIBUNNEWS.COM - Beberapa hari lalu, warganet sempat dihebohkan dengan beredarnya video seorang pengantin perempuan yang telah selesai di makeup, kemudian ditiup dengan asap rokok.
Diketahui video tersebut dibagikan oleh akun Instagram, @keluhkesahojol.id pada Senin (23/2/2020), lalu.
Rekaman singkat tersebut, memperlihatkan dua orang perempuan, yang satu merupakan calon pengantin dan perempuan lainya adalah penata riasnya.
Setelah menyelesaikan bermakeup dan memasang pernak-pernik pernikahan, perempuan si penata rias kemudian melakukan hal yang tidak biasanya.
Yakni menghisap rokok, kemudian ditiupkan ke bagian muka dari calon pengantin tersebut.
Sepanjang rekaman, penata rias melakukan hal ini berulang kali.
Baca: Viral Kedai di Solo Makan Sepuasnya Bayar Seikhlasnya, Begini Cerita Perjuangan sang Pemilik
Dalam rekaman video @keluhkesahojol.id menuliskan keterangan:
Coba yg udah nikah mungkin bisa jelasin ke mimin beb....
Ini mungkin teknik baru atau gmn beb ??? Bisa dijelasin kah ??.
Hingga Senin (2/3/2020) video makeup pengantin ditiup dengan asap rokok telah ditonton sebanyak lebih dari 1.000 kali dan mendapat respon beragam dari warganet.
Ada yang mempertanyakan apa yang dilakukan penata rias tersebut.
"Ihh kok mau sih di asepin gitu," tulis akun bernama @hayillor dikolom komentar.
Namun ada warganet lain yang menginformasikan hal tersebut merupakan bagian dari tradisi Jawa.
"Namanya sembogo min adat jawa," kata @kaalmuh.
Baca: Viral Video 2 Bus TransJakarta Dihadang Deretan Kendaraan Pribadi, Perekam Beberkan Ceritanya
Penjelasan Budayawan
Guru Besar Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum memberikan penjelasannya.
Ia mengatakan apa yang ada dalam video tersebut merupakan bagian dari tradisi kebudayaan masyarakat Jawa dalam prosesi rangkaian pernikahan, bernama 'Sembogo'.
Kata Sembogo/sembaga atau dalam istilah lain suwasah sendiri diambil dari warna kulit ideal orang Jawa yakni kuning keemasan.
"Jadi itu, kulit yang bagus, menurut tradisi Jawa ini berwarna campuran emas dan tembaga," kata Bani saat dihubungi Tribunnews, Kamis (26/2/2020) lalu.
"Kalau orang sekarang nyebutnya kinclong atau glowing," imbuhnya.
Bani melanjutkan, tradisi Sembogo dalam kebudayaan Jawa termasuk dalam kegiatan ritual.
Tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Jawa.
Namun berdasarkan literatur yang ada, tradisi Sembogo telah ditemukan berabad-abad lalu.
"Secara pasti tidak diketahui. Tetapi yang jelas, budaya merias pengantin dan mempercantik diri dapat dilihat di relief candi-candi di pulau Jawa," ucap Bani.
Pada zaman dahulu tradisi Sembogo dilakukan oleh ahli rohani yang dipercaya oleh lingkungan masyarakat di satu tempat.
Baca: Viral karena Mirip New Zealand, Padang Rumput Ranu Manduro Feeling Good Berubah Jadi Feeling Bad
Bani membeberkan tradisi Sembogo merupakan proses yang menggabungkan dua unsur pekerjaan objektif sebagai pekerjaan intinya. Sedangkan satu unsur lainya berupa ritual.
"Dalam hal ini rias penganti yang tradisional, juga punya doa-doa khusus ritual, seperti yang ada di Instagram itu"
"Tapi itu intinya itu adalah doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pekerjaan yang dilakukan ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya," terangnya.
Tradisi Sembogo dilakukan untuk memecah 'tejo', sehingga aura kecantikan calon pengantin bisa dipancarkan.
Bagi orang Jawa 'tejo' adalah puncak dari kecantikan dan keindahan seseorang.
"Dengan adanya ritual seperti itu, dimaksudkan supaya Tejo itu pecah dan melingkupi, pengantin itu"
"Jadi wajahnya akan terlihat beda sekali dari biasanya, maksudnya seperti itu, seperti kedatangan bidadari," kata Bani.
Sebagaimana ritual-ritual adat Jawa lainnya, tradisi Sembogo juga memiliki filosofi yang mendalam.
Tradisi ini memiliki pembelajaran jika dalam membangun sebuah rumah tangga harus berlandaskan keindahan, baik secara fisik maupun non fisik.
"Rumah tangga ideal dan akan menghasilkan keturunan yang baik-baik, itu maknanya," ujar Bani.
Ritual melekat pada masyarakat Jawa?
Bani menjelasakan ritual sebagai bagian budaya tidak hanya dimiliki oleh masyarakat Jawa, namun juga terdapat di berbagai daerah di Indonesia.
Sebagai makluk ciptaan Tuhan manusia terdiri dari deminsi lahir dan batin.
Dimensi batinlah yang akan memunculkan sebuah kepercayaan di dalam hati kepada hal yang berada di luar dimensi lahir.
Bani mencotohkan seperti orang Jawa yang percaya dengan Dewi Sri sebagai simbol kesuburan. Hal tersebut tidak lepas profesi mereka pada zaman dahulu sebagai petani.
"Di wilayah lain akan berbeda pula bentuk kepercayaannya. Saya sebut ini sebagai panggilan spiritual manusia"
"Dan ada pengaruh dengan kepercayaan nenek moyang animisme dan dinamisme," tandasnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)