Ribuan peternak ayam pedaging di Ciamis kini benar-benar merasakan imbas langsung wabah Covid-19. Bahkan, peternak mengalami kerugian yang tidak sedikit antara Rp 18 ribu per kilogram. Bandar di Jabodetabek dan Bandung enggan menampung ayam karena tidak ada yang beli di pasar
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS - Sudah dua minggu ini harga benar-benar jatuh tersungkur. Harga ayam pedaging jenis layer jantan (pejantan) di kandang peternak di sentra perunggasan rakyat Jabar tersebut hanya di kisaran Rp 10.000 sampai Rp 12.000/kg.
Sementara biaya pokok produksi (BPP) ayam pedaging layer jantan masih di kisaran Rp 28.000-Rp 30.000/kg.
“Harga benar-benar anjlok. Sudah dua minggu ini pasar lumpuh, permintaan tinggal sepertiganya," ujar Koordinator Layer Jantan Forum Perunggasan Priangan Timur, H Komar kepada Tribun, Rabu (1/4/2020).
Dalam kondisi normal setiap minggunya sekitar 1 juta ekor ayam ras pedaging layer jantan dari Ciamis masuk pasar utama Jabodetabek dan Bandung. Sudah dua minggu ini ayam dari Ciamis susah masuk pasar Jabodetabek dan Bandung.
“Bukan karena ada halangan transportasi di jalan. Jalan lancar, jalur transportasi aman. Yang jadi masalah, pasar tidak bisa menampung karena tidak ada yang beli. Ayam tidak terserap. Sampai hari ini bandar hanya bisa menyerap 30%, besok mungkin semakin turun,” katanya.
Dengan semakin tidak terserapnya ayam dari pasar Jabodetabek tersebut menurut H Komar, jutaan ekor ayam pedaging layer jantan siap panen tertahan di ribuan kandang di Ciamis.
Baca: Hari Terakhir Promo KFC Crazy Deal, 7 Potong Ayam Cuma Rp 70 Ribu
Baca: Wolves Beri Peringatan ke Manchester United Soal Transfer Raul Jimenez
“Ayam-ayam alyer jantan itu sudah melebihi usia panen. Umur panen yang umum adalah 50 hari dengan berat 7 sampai 8 ons/ekor . Kini di kandang ada ayam yang usianya sudah 70 hari, berat-berat rata-rata 1,2 kg/ekor," katanya.
Kondisi ini membuat peternak serba bingung, mau dijual tidak ada yang beli, sementara jika dibiarkan tertahan dalam kandang, tentu membutuhkan pakan yang tidak sedikit dan biaya produksi terus membengkak.
"Kondisi itulah yang benar-benar membuat bingung. Di jual harga murah, nggak dijual kebutuhan pakan terus bertambah,” ujar H Komar yang juga pemilik Kawali Polutry Shop tersebut.
Memasuki bulan April ini ,menurut H Komar, normal saatnya peternak panen besar karena segera memasuki masa munggahan menjelang puasa.
Tradisi munggahan biasanya membuat permintaan daging ayam meningkat.
“Sekarang itu hampir semua kandang isi, targetnya panen waktu munggahan. Tetapi kondisi sekarang berubah total, ada bencana dunia wabah Covid-19. Peternak gigit jari, ratusan ribu bahkan jutaan ekor ayam tertahan di kandang,” katanya.
Menurut H Komar, saat ini ada sekitar 100.000 ekor ayam yang dikelolanya bersama 400 mitranya tertahan di kandang karena tidak terserap pasar. Padahal usia ayam sudah melebihi usia panen.
Baca: Soal Karantina Wilayah di Jabar, Ridwan Kamil: Nutup RT/RW Boleh, Maksimal Sampai Kecamatan
Baca: Persib Bandung Adakan Lomba Bagi Para Pemainnya, Untuk Hindari Kebosanan Berlatih di Rumah
Ayam-ayam yang telat panen, tersebut menurut H Komar saat ditanam di kandang sekitar dua bulan lalu harga DOC (day old chick/anak ayam umur sehari) layer jantannya masih tinggi yakni Rp 4.500/ekor.
Dan harga pakannya juga masih tinggi sampai sekarang yakni Rp 7.500/kg. Untuk mendapatkan ayam pedaging layer jantan ukuran 1 kg/ekor dibutuhkan 2 kg pakan.
“Sekarang kalau dijual harga ayamnya hanya Rp 10.000/kg. Kalau lagi bagus hanya Rp 12.000/kg. tak sebanding dengan harga pakan,” kata H Komar.
Hal serupa juga dialami H Sarkum, peternak dari Desa Jagabaya Kecamatan Panawangan bersama 250 peternak mitranya.
“Ada sekitar 35.000 ekor ayam usia lewat masa panen yang tertahan di kandang. Tidak bisa dijual karena pasar di Jakarta dan sekitarnya sudah tidak jalan,” ujar H Sarkum dari Alam Raya PS Panawangan kepada Tribun, Rabu (1/4/2020).
H Sarkum maupun H Komar mengaku belum punya jalan keluar sebagai solusinya. Karena kondisi seperti sekarang belum pernah dihadapi para peternak. “Kami hanya bisa berdoa agar suasana kembali normal, wabah corona kembali reda,” kata H Sarkum.
Di tengah kebingungan tersebut, H Komar, Selasa (31/3) memilih membagi-bagikan sekitar 300 ekor ayamnya yang telat panen tersebut kepada warga Desa Talagasari.
“Di tengah ancaman wabah corona sekarang ini tentu warga perlu asupan makanan yang bergizi seperti daging ayam untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” kata H Komar Hermawan
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Jutaan Ekor Ayam Tertahan di Kandang di Ciamis, Tak Terserap Pasar Hanya Rp 10 Ribu Per Kg