Keluarga MEA (12), Elpin Basan, kepada POS-KUPANG COM, menjelaskan, MEA (12) hilang saat diminta oleh mamanya ke kebun dekat kampung untuk memetik sayur.
Namun hingga malam hari tak kunjung pulang, sehingga pihak keluarga mencari ke kebun tapi tidak ditemukan. Keesokanya harinya mereka melakukan ritual adat dan membunyikan gong serta gendang.
Setelah itu, ada petunjuk bahwa MEA (12) sudah berada di Aimere tepatnya di Kampung Wawa.
Pihak keluargapun bergegas kesana dan mencari namun nihil.
Pihak keluarga lanjut melaksanakan ritual di hari ketiga dan keempat.
Pada hari keempat baru berhasil menemukan MEA (12) oleh warga Desa Wawowae di perkebunan kopi dekat perkampungan.
Baca: Pria di Kupang Pakai Akun Facebook Istri untuk Gaet Wanita-wanita Cantik Lalu Dicabuli
Baca: Kronologi dan Fakta Pembunuhan Dua Jasad Tanpa Busana di Solo: Racun Tikus dalam Jus
"Kemarin sudah ditemukan. Warga menemukan dia di perkebunan Kopi oleh warga dari Desa Wawowae. Hilang sejak Sabtu 11 April dan baru ditemukan Selasa 14 April 2020," ungkap Elpin, Rabu (15/4/2020).
Menurut Elpin anak tersebut hilang selama empat hari lamanya.
Dalam pencarian, warga dan keluarga melakukan ritual Tii ka Punusi atau memberikan makan nenek moyang juga ritual pukul gong gendang di tengah hutan.
"Setelah ritual adat selesai sang anak dengan sendiri pulang dari hutan dan kembali ke kampung Beiposo," ungkapnya.
Empat Hari Tidak Makan
Ia menyampaikan berdasarkan pengakuan dari MEA (12) tidak makan selama di hutan.
Hanya minum air hujan dan tidur bersandar di pohon kayu di hutan.
"Selama empat hari, anak tersebut hanya bisa minum air hujan dan tidak makan apa apa dan tidur di tengah hutan dengan bersandar di pohon besar.