News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemuda Ini Pilih Isolasi Diri di Gubuk Tengah Sawah Sepulang dari Bogor

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubuk tengah sawah yang jadi tempat Yogi Arman melakukan isolasi mandiri

Laporan Wartawan Tribun Padang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Yogi Arman, warga Kampung Tanjung Aro, Nagari Bahagia, Kecamatan Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Sumbar) sukarela lakukan isolasi mandiri selama 14 hari.

Lokasi yang dipilih sebagai tempat adalah gubuk milik keluarganya yang berada di tengah sawah.

Yogi diketahui seorang wirausahawan yang membuka warung kopi (warkop) di Bogor Jawa Barat.

Ia memilih pulang kampung lantaran tokonya tutup sejak merebaknya virus corona atau Covid-19.

Yogi Arman sempat ikut pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Telkom selama dua hari mulai 23 Maret namun karena wabah Covid-19, pelatihan itu ditunda.

"Sebetulnya emang gak mau balik dari Bogor. Saya baru training di Telkom selama dua hari, baru dua hari, ditunda dulu trainingnya."

"Tiba-tiba pas nyampe di Padang, ada kabar buat melanjutkan training. Ntar mikir lagi apakah mau balik ke sana atau tidak," ujar Yogi Arman.

Baca: Sejarah Hari Ini: David Moyes Dipecat Manchester United, Kalah Lawan Sang Mantan di Laga Terakhirnya

Yogi Arman berangkat dari Bogor pada 13 April 2020.

Tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Yogi Arman mengatakan tidak ada pengecekan signifikan yang ia lakukan.

Di Bandara Soekarno-Hatta hanya dilakukan pengecekan suhu tubuh.

Setiba di Padang pun hanya pendataan saja.

"Tidak ada pengecekan suhu tubuh dan penyemprotan disinfektan," kata Yogi Arman.

Keluar dari BIM, Yogi Arman sempat mampir ke rumah makan dekat bandara.

Kebetulan di rumah makan tersebut tersedia kamar mandi dan bisa digunakan untuk ganti pakaian.

Baca: Cerita Krisdayanti Tentang Sang Suami Bikin Lapangan Bulutangkis untuk Anak Mereka

"Kebetulan ada kamar mandinya. Ya udah mandi di sana dulu, ganti baju, masukin baju yang dikenakan dari Bogor semua yang dipakai dimasukkan ke dalam plastik dan disimpan," terang Yogi Arman.

Sebelum tiba, pihak keluarganya sudah mempersipkan tempat dan segala kebutuhannya untuk Yogi Arman ketika menjalani isolasi mandiri.

Tiba di kampung, Yogi Arman tidak langsung ke rumah, tapi langsung ke tempat isolasi.

Jarak dari rumahnya ke tempat isolasi itu sekitar 300 hingga 400 meter.

Ia berangkat dari BIM menggunakan travel.

Ada kekhawatiran yang dirasakan Yogi Arman kala itu.

Tapi ia yakin sejak dari Bogor ia sudah betul-betul menjaga agar tetap safety.

"Saya sudah pakai masker, sudah pakai handsanitizer dari Bogor, sebisa mungkin menjaga kontak langsung dengan orang," tambah Yogi Arman.

Di dalam mobil, kata Yogi Arman cukup banyak orang tetapi diupayakan untuk tidak kontak langsung.

Baca: Pulang Dari Solo, Nunung dan Suami Wajib Rapid Tes, Diisolasi, Dipisahkan Dari Pasien Lain di RSKO

Pulang ke kampung, tidak ada gejala yang dirasakan Yogi Arman.

Ia mengaku selama di Bogor ia tidak keluar rumah.

Namun demikian, dirinya tetap khawatir saat di bandara.

"Takutnya kita bawa dari bandara, di bandara kita megang apa yang dipegang orang juga," kata Yogi Arman.

Dari Bogor Yogi Arman mengaku mengenakan masker, sarung tangan, kaos kaki dan lainnya.

Tiba di Padang dibuka semua.

Setiba di tempat isolasi, semua yang dipakai dari Padang juga dibuka langsung direndam pakai detergen.

Mandi pakai air hangat, beres-beres lalu tidur.

Baca: Ridwan Kamil Dukung Larangan Mudik, Apresiasi Ketegasan Presiden

Sebelum tidur, Yogi Arman sempat minum vitamin pemberian saudaranya yang kebetulan juga pegawai kesehatan.

Yogi Arman menyatakan sepulang dari Bogor dia memang belum memeriksakan diri ke puskesmas.

"Enggak, enggak sempat ke puskesmas, vitamin dari kakak saja. Kakak perawat di RSUD, disediakan oleh dia semuanya," tambah anak keempat dari lima bersaudara ini.

Sebelum berangkat dari Bogor, Yogi Arman sudah merencanakan untuk melakukan isolasi ketika tiba di kampungnya dan itu sudah dia sampaikan ke keluarga.

Ia mengatakan, ide isolasi diri muncul emang sesuai dengan imbauan dari Gubernur dan Pemda Sumbar.

"Kan emang dianjurkan untuk tidak pulang kampung dulu. Ditambah di sana gak ada kerja, di rumah saja, orang tua khawatir di kampung."

"Ya udah, saya putuskan balik tapi dicarikan tempat isolasi, gak mau di rumah," tambah Yogi Arman.

Meski ia mengakui kondisi kesehatannya baik-baik saja, dan selama perjalanan pulang telah menjalani beberapa kali screening, ia tetap ingin menjalani isolasi.

Hal itu ia lakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang sudah merenggut puluhan ribu nyawa itu.

"Ibaratnya kalau di rumah 80 persen kontak langsung dengan orang tua. Orang tua juga interaksi dengan orang lain," jelas Yogi Arman.

"Kita khawatirnya itu. Kita tidak mendoakan diri kita terinfeksi, tapi kita cuma takut membawa dari bandara, sebab kita ketemu jutaan orang di sana," tegas Yogi Arman.

Baca: Manfaat Minuman Isotonik Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Yogi Arman betul-betul sebisa mungkin kembali ke kampung halaman tidak memberikan penyakit buat orang lain.

"Kalau masih muda, antibodi masih kuat. Kalau sudah tua, rentan. Orang tua sih gak tega kalau saya isolasi," ucap Yogi Arman.

Yogi Arman mengatakan, hampir satu tahun ia tidak pulang kampung.

Selama isolasi di gubuk tengah sawah, aktivitas yang Yogi Arman lakukan berjemur tiap pagi.

Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk istirahat.

"Kondisi capek balik dari Bogor, makanya banyak istirahat. Mau kerja tidak dibolehin," tutur Yogi Arman.

Yogi Arman mengaku sudah bertemu dengan orang tuanya, namun masih menerapkan physical distancing.

"Ketemu udah, tapi jauh jaraknya. Jaga jarak doang, hampir 5 meter. Biasanya orang tua nganterin makanan, minuman, pokoknya nganterin bekal. Gak ada obrolan khusus, hanya seputar kehidupan di Bogor," jelas Yogi Arman.

Yogi Arman menyatakan, rindu kedua orang tua itu pasti, karena sudah setahun tidak bertemu.

Yang paling dirindukan itu, ngumpul bareng keluarga.

Namun, kata dia, seharusnya rindu tidak jadi masalah lagi, soalnya ia merantau sudah sejak lama.

Di tengah sawah, kata Yogi Arman, banyak pondok. Bahkan tiap sawah ada pondoknya.

Tapi yang lebih dekat dengan sumber air dan listriknya masuk, pondok yang ia tempati sekarang ini.

Luasnya 4x8 meter. Dindingnya kayu, seperti rumah panggung tapi lebih rendah. Kondisi kayu masih awet.

Baca: Pakar Hukum Tenaga Kerja Sebut Omnibus Law Cipta Kerja Picu PHK Massal

"Enakan tinggal di sini (pondok) daripada di rumah, adem, pemandangannya bagus. Nggak bosan sih, karena udah lama gak ketemu sawah, ketemu bangunan mulu di Bogor," tukas anak dari Guru SD ini.

Biasanya selain berjemur, Yogi Arman juga jalan-jalan keliling sawah, mengambil kelapa muda.

Selama di kampung, Yogi Arman belum intens bertemu teman-temannya, jika pun ada ngobrolnya jarak jauh.

Usai isolasi mandiri selama 14 hari, Yogi Arman berencana akan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat.

Ia mengatakan hal itu ia lakukan hanya untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.

Jika dokter mengatakan, kondisinya sehat dan tidak ada gejala covid-19, ia akan langsung pulang ke rumahnya dan bertemu keluarganya.

"Di kampung tidak ada rapid test atau swab, jika dokter bilang gak ada gejala, ya udah balik ke rumah aja," imbuh Yogi Arman.

Sejauh ini, ungkap Yogi Arman, penerimaan warga cukup baik dan bahkan ia diapresiasi.

Namun, masyarakat Sumbar, katanya cukup membandel. Bahkan kurang menghiraukan dan mengindahkan imbauan pemerintah.

Menurutnya, hal itu tergantung pemerintah.

"Kalau di Pasaman, pengecekan keluar masuk masih bebas, gak ada yang check point."

"Kalau di Padang Panjang ada, orang yang datang itu ditanya. Pasaman gak ada, langsung masuk. Kita gak tau orang darimana datangnya, mau kemana, riwayat perjalananya," ungkap Yogi Arman.

Yogi Arman berpesan kepada anak rantau, jika masih ada uang bertahan dulu di rantau. Kalau sudah tidak bisa lagi bertahan, pulang saja.

Asalkan, sadar diri dan melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Kita gak tahu, kita bawa (virus) atau tidak. Virus itu gak bisa dilihat dengan mata," tutup Yogi Arman.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Kisah Yogi, Pemuda Pasaman yang Pilih Isolasi Diri di Gubuk Tengah Sawah Sepulang dari Bogor

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini