TRIBUNNEWS.COM - National Coordinator of Wildlife dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Rahmat Zai, memberikan komentarnya terkait masih adanya pertunjukan topeng monyet di Indonesia.
Zai mengatakan pada dasarnya macaca fascicularis atau monyet ekor panjang ini dilahirkan bukan untuk media hiburan.
Melainkan satwa yang seharunya hidup di alam bebas.
"Kita percaya makluk hidup ini terlahir bebas dan monyet ekor panjang bukan peliharaan."
"Dan bukan satwa untuk entertain atau menghibur. Mereka tinggalnya di hutan bukan di kota," kata Zai, Selasa (5/5/2020).
Zai melanjutkan, hal yang lebih miris, monyet yang digunakan untuk pertunjukan diambil dari alam.
Biasanya para pemburu akan mencari anakan monyet ekor panjang dengan alasan mudah untuk dilatih.
"Biasanya induknya dibunuh dulu, baru diambil bayinya," imbuhnya.
Baca: VIRAL Surat Pelarangan Sirkus Keliling di Twitter, BKSDA Tegaskan Status Lumba-lumba
Disadari atau tidak disadari, monyet ekor panjang yang digunakan untuk hiburan bisa berpotensi menyebarkan virus ke manusia.
Atau dalam istilah bilogisnya zoonosis, penularan virus dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
"Monyet ekor panjang ini adalah primata, jika mereka terkena TBC kita manusia juga bisa tertular," ucap Zai.
Keberadaan monyet ekor panjang yang harusnya ada di alam bebas juga dinilai bisa membahayakan keberadaan manusia.
Zai mencontohkan seperti kejadian beberapa waktu lalu yang terjadi di Kota Surabaya.
Dimana seekor monyet saat tampil bersama pawangnya menyeret balita.